Suarakampus.com- Profesor bidang pernaskahan nusantara di Perpustakaan Universitas Leiden, Dick Van Der Meij mengatakan, Indonesia memiliki ribuan naskah, baik berbentuk naskah keagamaan maupun sekuler. Kendati demikian, pengelolaan naskah di Indonesia tidak 100 persen produktif.
Dick Van Der Meij menjelaskan, Indonesia sebagai negara dengan beragam budaya dan keagamaan yang kompleks menyebabkan beragamnya naskah di Indonesia, meski tidak seluruhnya tergarap.
Katanya, keanekaragaman masyarakat Indonesia bersikap paradoks. Pasalnya, orang Indonesia tidak memahami banyak naskah dan hanya melihat segelintir naskah dari perpusatakaan, berlainan dengan ribuan naskah di luar sana.
“Naskah menggunakan berbagai macam jenis huruf baik berbahasa Arab, Melayu, dan Pegon,” tuturnya saat menyampaikan materi pada stadium general UIN Imam Bonjol Padang, Jumat (03/06).
Hal tersebut, kata dia, diperkuat dengan stigma masyarakat Indonesia hingga era digital, bahwa naskah bersifat kuno, susah dan ribet. Selain itu, program pengelolaan naskah juga kurang berkembang.
“Banyak naskah yang dimakan rayap, tikus, ataupun karena kehebohan sosial tak jarang arsip dibakar karena kepentingan perseorangan,” ucapnya.
Ia menuturkan, untuk memproduktifkan pengelolaan naskah diperlukan program digitalisasi agar isi dalam naskah dapat dilestarikan. Program tersebut berangkat dari perpustakaan dalam meningkatkan dan mengumpulkan lebih banyak naskah. “Melalui program digitalisasi, naskah bertambah banyak, cuma metode kajiannya sudah berbeda,” tuturnya. (red)
Wartawan : Kholilah Tri Julianda (Mg), Rolla Purnama Sari (Mg), Maisy Dwi Safitri (Mg).