Perjuangan Nelmawarni Hingga Resmi  Menyandang Gelar Guru Besar UIN IB

Sosok Nelmawarni yang Resmi dikukuhkan Sebagai Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang (Dokumentasi Pribadi)

Suarakampus.com– Masih menyandang jabatan sebagai Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Nelmawarni resmi menjadi gelar guru besar bidang sejarah dan peradaban, yang dikukuhkan di Auditorium Prof. Mahmud Yunus pada Kamis (02/06). Ternyata pencapaiannya hingga bisa menjadi guru besar tidaklah didapatkan dengan mudah.

Ia menceritakan bahwa hal itu dimulai sejak dirinya menjadi dosen kader Fakultas Syariah pada tahun 1997.
“Awalnya menjadi dosen kader dan langsung tes, lalu keluar SK di Fakultas Syariah,” ungkapnya kepada wartawan suarakampus.com.

Lanjutnya, setelah menyandang gelar dosen, Nelmawarni baru melanjutkan jenjang pendidikan di Program Magister.
“Setelah jadi dosen, saya lanjut S2 di UGM pada tahun 1999 jurusan ilmu sejarah, lalu kembali mengabdi di UIN IB,” lanjutnya.

Tidak habis sampai di sana, ia menuturkan bahwa dirinya kembali melanjutkan pendidikan doktor di Negeri Jiran. “Saya mengejar gelar doktor di Universitas Kebangsaan Malaysia dengan jurusan ilmu sejarah,” tuturnya.

Semasa menjadi seorang dosen di Fakultas Syariah, Nelmawarni mengungkapkan pernah mengajar pada mata kuliah sejarah peradaban Islam dan budaya Minangkabau.
“Mata kuliah utama SPI, dan mata kuliah umum yaitu Islam dan budaya Minangkabau, serta MP,” ungkapnya.

Kendati demikian, ia mengatakan meski telah dilantik sebagai Dekan FAH pada tahun lalu, dirinya juga menjadi Dosen mata kuliah kebudayaan Minangkabau. “Saya juga dosen di FAH,” pungkasnya.

Setelah itu, Nelmawarni mengungkapkan banyak sekali tantangan yang dihadapi untuk menjadi guru besar. “Paling utama adalah skopus jurnal terindeks,” ungkapnya.

Ia menjelaskan perjuangannya masih berlanjut saat mengajukan sebagai guru besar di tahun 2020 dan masih menggunakan aturan serta persyaratan lama. “Saya ajukan ke Diktis, diperiksa reviwer, disidangkan baru di kirim ke Dikti, kembali dicek reviwer, lalu disidang lagi di sana,” jelasnya.

Nelmawarni berharap, ke depannya dapat berkontribusi lebih untuk kemajuan dan perkembangan UIN IB.
“Bisa berkontribusi lebih untuk kampus kita,” harapnya.

Menanggapi hal itu, Lektor Fakultas Adab dan Humaniora, Ahmad Taufik Hidayat mengatakan beliau sangatlah layak menjadi guru besar. “Beliau layak menyandang gelar guru besar atas karya-karyanya sudah terindeks scopus,” katanya.

Selain itu kata dia, Nelmawarni memiliki gaya kepemimpinan yang baik dalam menyoroti dinamika dan perkembangan  tenaga didik maupun mahasiswa. “Hal itu tidak terlepas dari tangan beliau,” sebutnya.

Taufik berharap, pasca dikukuhkannya Nelmawarni sebagai guru besar mampu menginspirasi para dosen yang belum berada pada tahap itu. “Karena bagi saya, guru besar merupakan sebuah  pencapaian akademik tertinggi,” tutupnya. (nsa)

Wartawan : Rolla Purnama Sari (Mg), Maisy Dwi Safitri (Mg), dan Idhar Rahman (Mg).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Ketidakproduktifan Pengelolaan Naskah Ditanggulangi Lewat Digitalisasi

Next Post

Pengukuhan Taufiqurrahman Jadi Guru Besar, Lektor FAH: Dedikasi dan Karyanya Tingkatkan Akreditasi

Related Posts