Oleh : Ikhsan Nur Hidayat
(Mahasiswa Prodi Hukum Tata Negara
UIN Imam Bonjol Padang)
Pagi itu, matahari bertanya kepada puspita biru
Kerlip apa di belakang dinding itu?
Kumala? Sangat menyala menusuk uluh hati
Kiranya kabar sukha selumbari sore bergema di hati
Senyuman mana yang membuatmu bergetar itu? kumala itu menyala lagi dan terus menyala semenjak kala itu
Rupanya dinding tebal itu telah rapuh dengan senyumannya kala petang tiba
Kini tidak ada lagi malam yang gelap
Kumala indah, siapa yang memberimu rasa sehingga memberiku harsha
Apakah kumala tidak tahu dinding batu juga bisa lapuk?
Esok, lusa, tulat dan tubin pasti kan ceria menanti lesungmu kumala.