Suarakampus.com– Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) meluncurkan program Kelas Nan Tumpah Akhir Pekan (Kelana Akhir Pekan) untuk merutinkan pelatihan seni di Korong Kasai, Padang Pariaman. Program yang dimulai pada 9 Februari ini diadakan setiap akhir pekan guna membangun regenerasi pelaku seni melalui kelas teater, tari, musik, dan seni rupa.
Manajer Program KSNT, Fairy Chaniago menjelaskan, program ini merupakan pengembangan dari kegiatan sporadis sebelumnya yang melibatkan masyarakat. “Pelatihan, pertunjukan, dan aktivitas seni selama ini belum terstruktur karena fokus komunitas pada produksi karya seni,” ujarnya.
Fairy menambahkan, Kelana Akhir Pekan dirancang sebagai kelas reguler yang digelar setiap Jumat hingga Minggu. “Pendaftaran telah dibuka sejak akhir Januari dengan sasaran peserta dari Korong Kasai dan Nagari Kasang,” imbuhnya.
Hingga kini, tercatat 69 anak dan remaja terdaftar dalam empat kelas seni. “Kelas tari menjadi yang paling diminati, diikuti oleh teater, musik, dan seni rupa,” jelas Fairy.
Ketua KSNT, Mahatma Muhammad menyatakan, program ini adalah upaya strategis untuk menanamkan fondasi seni di lingkungan masyarakat. “KSNT berkomitmen membangun regenerasi pelaku seni melalui pendekatan organik berbasis pengalaman,” tegasnya.
Mahatma menekankan, KSNT telah 15 tahun berperan sebagai wadah edukasi seni yang mengedepankan nilai keterhubungan. “Seni bukan hanya keahlian, tetapi cara memahami kehidupan dan lingkungan sekitar,” tambahnya.
Seluruh kelas dipandu langsung oleh praktisi seni berpengalaman di bidang masing-masing. “Kelas teater dibimbing dua aktor senior, sementara musik, tari, dan seni rupa diisi seniman mumpuni,” papar Mahatma.
Setiap tiga bulan, peserta akan mempresentasikan karya di hadapan orang tua dan warga Korong Kasai. “Pada semester berikutnya, kami akan membuka kelas penulisan fiksi dan kriya,” ungkapnya.
Salah satu peserta, Hafiz, mengaku tertarik mendalami musik dan teater sejak bergabung dengan KSNT di usia SD. “Saya ingin mengasah kemampuan sekaligus berkontribusi bagi komunitas,” kata remaja tersebut.
Anton, warga setempat, menyambut positif program ini sebagai sarana pengembangan kreativitas anak. “Kegiatan ini mengurangi waktu luang yang tidak produktif sekaligus memperkuat identitas seni lokal,” tutupnya. (ver)
Wartawan: Aryansyah Prasetya (Mg), Jihan Dwi Rahayu (Mg)