Suarakampus.com- Hadirnya Sekolah Gender sangat penting bagi setiap orang untuk menerima otoritas tubuhnya, serta menjadi wadah yang bisa digunakan untuk memantau disahkannya Rancangan Undang-undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS). Hal ini disampaikan langsung oleh Kapten Sekolah Gender, Tuba Fallopi pada acara Launching Zine dan Sekolah Gender yang berlangsung di Kedai Kopi Trilogi, Jalan Raden Saleh, Kota Padang.
Acara Launching Zine dan Sekolah Gender ini diadakan oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kota Padang yang bertemakan Sudahkah Bercinta dengan Kesadaran Gender.
Tuba Fallopi Selaku Kapten Sekolah Gender mengatakan sekolah ini bertujuan menghadirkan ruang aman bagi setiap kalangan. “Apapun gendernya dan orientasi seksualnya, kita harus mencegah prilaku seks untuk menghadirkan ruang aman bagi kita sebagai manusia,” katanya, Senin (18/01).
Lanjutnya, sasaran sekolah ini yaitu orang-orang yang mau belajar dan ingin menghadirkan ruang aman, terkhusus bagi penyintas kekerasan seksual. “Hal ini ditujukan bagi teman-teman yang merasa dirinya diminoritaskan oleh kalangan apapun,” lanjutnya.
“Bagi yang ingin bargabung dengan Sekolah Gender bisa langsung mengunjungi kantor LBH Kota Padang pada saat jam kerja,” sambungnya.
Tuba juga menjelaskan pentingnya mengikuti Sekolah Gender yaitu agar seseorang itu menerima otoritas tubuhnya atau menerima siapa dirinya. “Mungkin, selama ini masih ada perempuan ataupun laki-laki yang masih insecure dengan tubuhnya,” jelasnya.
“Selain itu kami akan tetap mengawal jalannya RUU PKS karena menilik dari angka korban kekerasan seksual di Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya,” tambahnya pada wartawan suarakampus.com.
Kapten Sekolah Gender ini menganjurkan untuk menjadi diri kita sendiri serta mempunyai kesadaran sosial politik tentang tubuh yang dieksploitatif setiap saatnya. “Saya berharap semoga Sumatra Barat mampu memberikan ruang aman bagi siapa pun,” harapnya.
Baca Juga: Mahasiswa Keluhkan Prosedur Batasan Kunjungan Perpustakaan FDIK
Selain itu, Aulia Rizal selaku Kepala Bidang Advokasi Kebijakan Publik LBH Kota Padang menerangkan bahwa kesadaran gender itu menjadi masalah dan masih menjadi paradigma sosial. “Kesadaran gender tidak menjadi isu penting di masyarakat, tidak terinternalisasi dengan baik dan kurangnya penegakan aturan terkait gender,” katanya.
Rizal berpesan agar Sekolah Gender ini tidak hanya dimulai dan berakhir di sini saja, namun harus dibangun berkelanjutan. “Sekolah ini harus bisa meluas dan menjadi paradigma umum, serta menjadi standar cara berpikir yang adil terhadap persoalan gender sehingga tidak ada lagi diskriminasi terhadap laki-laki dan perempuan,” harapnya. (rta)
Wartawan: Rizki Ramadhan