Suarakampus.com- Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kota Padang bersama Nurani Perempuan Women’s Crisis Centre (NP-WCC), beserta Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sumatra Barat mengadakan sosialisasi Mencegah Kekerasan Seksual. Kegiatan tersebut berlangsung di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 2 Padang yang dihadiri oleh siswa penyandang disabilitas, guru, dan wali murid.
Direktur NP-WCC, Rahma Meri Yanti mengatakan kegiatan ini bertujuan agar seseorang mampu menjaga dan melindungi diri dari kekerasan seksual. “Mulai dari anak-anak hingga dewasa harus bisa mengaplikasikan hak terhadap dirinya maupun orang lain agar tidak menjadi pelaku atau korban,” tuturnya, Kamis (25/03).
Lanjutnya, kekerasan seksual adalah serangan terhadap tubuh seseorang khususnya organ reproduksi tanpa persetujuan salah satu pihak. “Misalnya ada seseorang yang ingin menyentuh tubuh kita dengan sengaja atau mengirimkan konten berbau porno melalui media sosial, itu sudah termasuk kekerasan seksual,” jelasnya.
Ada 9 bentuk kekerasan seksual yang tercantum dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual. “Di antaranya pelecehan seksual, pemerkosaan, penyiksaan seksual, eksplotasi seksual, pemaksaan aborsi, pemaksaan pelacuran, perbudakan, pernikahan paksa, dan perbudakan,” kata Direktur NP-WCC tersebut.
Ia juga menuturkan terdapat dampak yang begitu besar terhadap kekerasan seksual. “Dampaknya seperti kehamilan yang tidak diinginkan, gangguan kesehatan reproduksi, mendapat penyakit seksual, terganggunya kesehatan mental, dikucilkan di lingkungan sosial, hilangnya nafsu makan, dan sebagainya,” tukas Meri.
Kemudian Meri mengatakan seseorang harus mengetahui cara menghindari kekerasan seksual. “Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melindungi diri, di antaranya membekali diri dengan pengetahuan tentang kekerasan seksual dan semprotan pembela diri, waspada terhadap orang yang tidak dikenal,” katanya.
Di samping itu semua, peran orang tua juga sangat penting akan hal ini. “Saya berharap kepada orang tua untuk selalu menjaga dan memperhatikan anak-anaknya dalam bermain gadget maupun kesehariannya, karena kekerasan seksual bisa saja bermula dari gadget atau lingkungan sekitar,” tutupnya. (rta)
Wartawan: Padila Yusra, Dini Harianti