Oleh: Najwalin Syofura (Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam)
Mentari pagi menyinari rumah kontrakan kecil Aisyah. Meskipun jauh dari rumah, Aisyah tetap menjalankan tradisi Lebaran. Ia sudah menyiapkan baju baru dan kue-kue untuk dibagikan kepada teman-temannya. Namun, senyumnya tak selebar biasanya. Ia merindukan ibunya.
“Lebaran tahun ini terasa hampa, ya, Mi?” Aisyah bergumam sambil menatap foto ibunya di ponsel. Fahmi, yang sedang sibuk mengecas ponselnya, menoleh.
“Iya, Kak. Aku juga kangen banget sama Mama,” jawab Fahmi, suaranya sedikit terisak.
Aisyah memeluk Fahmi. “Kita video call Mama, yuk,” ajaknya.
Mereka segera melakukan panggilan video. Wajah Bu Aminah muncul di layar, senyumnya terlihat sedikit lesu.
“Assalamu’alaikum, Ma!” sapa Aisyah dan Fahmi bersamaan.
“Waalaikumsalam, nak sayang,” jawab Bu Aminah, suaranya terdengar bergetar. Air matanya berlinang.
“Ma, kami kangen banget sama Mama,” kata Aisyah, suaranya juga bergetar.
“Mama juga kangen banget sama kalian. Lebaran tahun ini sepi sekali di rumah,” jawab Bu Aminah, suaranya terisak.
“Ma, tahun depan kita usahakan kumpul ya? Kami janji akan bekerja keras untuk itu,” kata Fahmi, mencoba menghibur ibunya.
Bu Aminah tersenyum, meski air matanya masih mengalir. “Iya, Nak. Mama juga berharap begitu. Kalian jaga kesehatan ya di sana.”
Mereka berbincang cukup lama, berbagi cerita dan saling memberikan semangat. Meskipun jarak memisahkan, rasa rindu dan kasih sayang mereka tetap terhubung.
Di penghujung percakapan, Aisyah dan Fahmi berjanji akan bekerja keras agar bisa pulang dan berkumpul bersama ibunya di lebaran tahun depan.
Bu Aminah pun merasa sedikit lebih tenang, hatinya dipenuhi harapan dan keyakinan akan kebersamaan keluarga di masa mendatang.
