Suarakampus.com- Mahasiswa Baru (Maba) penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) mulai huni Mahad al-Jamiah Tuanku Imam Bonjol, kedatangan itu berlangsung mulai 11 hingga 24 November 2024. Pihak asrama sebut sudah lakukan persiapan untuk menyambut mahasantri.
Dalam wawancara langsung, salah satu pembina mahad, Khairah, menyatakan bahwa pihak mahad telah siapkan kamar mahasantri. “Sampai kini kamar-kamar telah sedia ditempati dan tim Cleaning Service (CS) sudah bantu bersihkan,” ujarnya.
Lalu, ia menyampaikan, bagi mahasantri yang sudah bayar sewa kos selama satu semester, pihak mahad akan komunikasikan dengan pemilik kos. “Tinggal di mahad ini program kampus, wajib mereka ikuti,” ungkapnya.
Kemudian, ia menjelaskan, para mahasantri diperbolehkan membawa kendaraan pribadi, akan tetapi harus menyetujui persyaratan khusus. “Tandatangani surat persetujuan dari orang tua bahwa motornya menjadi tanggung jawab pribadi,” katanya.
Lanjutnya, jika terjadi kehilangan, itu bukan tanggung jawab mahad. “Selain itu, syaratnya memiliki Surat Izin Menngemudi (SIM) karena mereka pun sudah berusia 17 tahun ke atas dan memiliki KTP,” ujarnya.
Terkait barang-barang di kos milik mahasantri, Khairah menegaskan agar dibawa ke mahad, karena mahasantri tidak diizinkan pulang kampung dalam waktu dekat. “Jika nanti mereka lulus pembinaan dan kembali ke kos, barang-barang pun bisa digunakan kembali,” jelasnya.
Kemudian, kata dia hendaknya mahad dapat menjadi tempat tinggal nyaman bagi para mahasantri. “Merasakan suasana untuk tempat pulang, seperti rumah sendiri,” pungkasnya.
Adapun, mahasantri Alifa menjelaskan, sudah siap untuk tinggal di mahad. “Saya sudah lengkapi barang-barang pribadi yang akan dibawa,” ujarnya.
Namun, ia mengungkapkan beberapa barangnya tetap disimpannya di kos. “Pemilik kos saya tidak mau mengembalikan uang yang telah dibayar satu semester, sehingga beberapa barang saya letakkan di sana,” kata Alifa.
Lebih lanjut, Alifa menyampaikan rasa senangnya tinggal di mahad karena dapat bertemu banyak teman. “Kalau di kos dulu, saya sering sendirian dan jarang berinteraksi,” ungkapnya.
Berbeda halnya, mahasantri Haida Putri Lubis, mengungkapkan perasaan kagetnya terkait kebijakan mahasiswa KIP-K wajib pindah ke mahad. “Sebetulnya karena saya kurang menerima, karena jarak mahad ke luar jauh, seperti ke warung untuk membeli kebutuhan sehari-hari,” jelas Haida.
Namun, meskipun ada beberapa kendala, Haida menyampaikan kegiatannya lebih teratur saat tinggal di mahad. “Banyak aktivitas mengubah diri saya, seperti menutup aurat dan shalat lantaran tiap pagi ada petugas mengetuk pintu untuk membangunkan,” ujarnya.
Lanjutnya, aturan mahad bagus, tetapi belum diketahui secara detail. “Saya tahunya ada aturan batasan keluar mahad sampai jam 6 sore,” katanya.
Selain itu, Haida menyampaikan hadapi kesulitan saat proses pindah perabotan, seperti kasur dan lemari karena kamar yang akan ditempati terletak di lantai tiga. “Susah, cowo tidak boleh masuk, kalau bisa supir maxim mau membantu,” tutupnya. (hkm)
Wartawan: Siti Ulami (Mg), Latifatul Afifah (Mg), Nadia Defri Andra (Mg)