Menilik Gerakan Mahasiswa UIN IB Padang dalam Dunia Pergerakan

Ilustrasi (Sumber: Pixabay)

Oleh: Muhammad Jalali

(Mahasiswa Hukum Tata Negara, UIN Imam Bonjol Padang)


Dalam perspektif sejarah, mahasiswa senantiasa memberi kontribusi besar dan berperan aktif dalam membangun bangsa dan negara di Republik Indonesia ini. Mahasiswa memiliki tiga peran utama, yaitu: sebagai agen of change and social control, sebagai moral force and guardian of value, dan ketiga sebagai iron stock. Hal itu terbukti dari masa ke masa, era Kebangkitan Nasional Budi Oetomo pada tahun 1908, era Sumpah Pemuda tahun 1928, era Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945 hingga pada masa Orde Baru tahun 1966 (termasuk gerakan malari pada 1974), era Orde Reformasi 1988 sampai Reformasi Korupsi 2019.


Nah, bagaiamana dengan gerakan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang? Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang atau sekarang sudah beralih status menjadi UIN IB Padang, dalam catatan Reformasi 1998 pernah menduduki kantor Televisi Republik Indonesia (TVRI), salah satu stasiun Televisi (TV) di Padang. Tanggal 19 Mei 1998 upaya tersebut dilakukan agar mahasiswa diberi kesempatan untuk menyampaikan informasi penting kepada masyarakat, agar aksi mereka tidak dipandang sebagai gerakan anarkis dan brutal.

Tercatat di stasiun TVRI Padang, Ketua Senat Mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang bernama Nuzran Joher, berkesempatan menyampaikan pesan reformasi yang mengajak masyarakat Sumatera Barat untuk ikut serta memperjuangkan reformasi yang sedang diperjuangkan oleh mahasiswa.


Tepat pada tanggal 20 Mei 1998 merupakan hari sangat bersejarah bagi gerakan mahasiwa di seluruh indonesia, terkhususnya Sumatera Barat. Mahasiswa dalam jumlah besar telah berdatangan tak terkecuali mahasiswa IAIN Padang, yang telah menduduki halaman Kantor Gubernur dan memblokade Jalan Sudirman. Dalam aksi ini tercatat nama Syahrul Ramadhan Tanjung yang merupakan Mahasiswa UIN IB Padang sebagai jenderal lapangan dalam memimpin gerakan Reformasi di Sumatera Barat.


Pada 14 Septembar 2005 ribuan mahasiswa fakultas syariah menggelar aksi, menuntut penghapusan uang peningkatan kualitas akademis Rp 75 per semester. April 2013 ratusan mahasiwa IAIN Imam Bonjol Padang menggelar aksi di kampus menunut hasil investigasi yang dilakukan inspetorat kementerian agama berkaitan dengan penyelewengan dalam pambangunan sejumlah fasilitas kampus. 11 April 2016 ribuan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa terkait pemukulan salah seorang mahasiswa oleh satpam kampus.

10 September 2018 ratusan mahaiswa UIN IB Padang melakukan aksi unjuk rasa terkait penyalegan Presiden Mahasiswa (Presma). 10 sampai 12 September 2019 ribuan mahasiswa UIN IB Padang yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Peduli Kampus (GMPK) melakukan demonstrasi dan melayangkan 13 tuntutan kepada rektor. Serta aksi lainnya baik itu isu kampus, daerah maupun nasional yang pernah dikuti oleh mahasiswa UIN IB Padang. Lalu apa penyebab pudarnya?


Pertama, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) membatasi studi mahasiswa, pada umumnya hanya sekitar empat sampai tujuh tahun untuk jenjang Strata Satu (SI) dan tiga sampai empat tahun untuk diploma, lebih dari itu akan dikeluarkan dari kampus. Pada akhirnya mahasiswa harus mengejar nilai dan cepat tamat untuk mempreroleh pekerjaan. Sistem pendidikan yang berorientasi terhadap pasar sehingga mahasiswa harus meningkatkan kemampuan agar bisa menjadi komoditi yang terjual di dunia kerja.

Mahasiswa sendiri akan mencari organisasi yang menunjang kemampuannya, dengan sendririnya kritik tidak lagi diminati. Mahasiswa yang sebelumnya adalah subjek inteleklual yang ditempa di kampus-kampus, kini menjadi objek atau bahan baku produk tenaga kerja yang harus dibentuk oleh perguruan tinggi untuk menyuplai kebutuhan tenaga murah pabrik-pabrik, sehingga mahasiswa semakin pragmatis, kuliah adalah investasi yang semakin mahal.


Organisasi kemahasiswaan benar-benar tidak mampu lagi berperan total, organisasi mahasiswa dengan berbagai kegiatan dijadikan kambing hitam penghambat studi. Namun demikian, organisasi atau lembagai-lembaga mahasiswa tetap bertahan karean ada sosok mahasiswa yang militan. Sayangnya, mereka kurang berperan karena tiada dukungan infrastruktur ideologi politik gerakan mahasiswa.


Kedua, adanya relasi kekuasaan birokrasi dengan institusi politik terhadap lembaga kemahasiswaan yang menyebabkan lemahnya independensi gerakan mahasiswa. Kondisi ini menciptakan relasi kekuasaan baru yang menjangkit tubuh mahasiswa serta menjerat gerakan mahasiswa dalam pusaran kepentingan politik yang memperalat gerakan mahasiswa itu sendiri. ini dibuktikan dengan munculnya underbouw Partai Politik (Parpol) dan terlibatnya birokrasi kampus dalam kontestasi politik nasional maupun lokal.

Ketiga, minimnya mahasiswa kritis dan memposisikan diri sebagai social control, gerakan kolektif sebagai soulusi alternatif? Amirul Mukminin Imam Ali as pernah berkata, kejahatan yang teroganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak teroganisir. Sebuah kalimat profetik seoran pemimpin islam di masa lampau. Kalimat tersebut menyiratkan pentingnya mengorganisir kebaikan dalam memukul mundur sebuah kezaliman.

Seharusnya kita belajar dari revolusi Republik Islam Iran, bagaimana kelompok islam dan kelompok kiri sosialis bersatu menumbangkan Rezim Syah Pahlevi. Bagaimana kemudia, pemuda menjadi motor revolusi yang fenomenal. Mahasiswa atau pemuda mesti maju sebagai generasi yang paling di depan memegang tanggung jawab intelektual.

Intelektulitas mahasiwa di perguruan tinggi mesti menjadi menara api. Menara cahaya bagi masyarakat luas. Bukan malahan menjadi menara gading. Sejatinya, mahasiswa yang menjadi aktor intelektual dalam institusi pendidikan tinggi mempunyai tangggung jawab membebaskan rakyat dari belenggu ketidakadilan, kebodohan dan kemiskinan. Keadaaan yang semakin hari semakin mengkhawatirkan ini diharapkan sebagai pemicu bangkitnya gerakan mahsiswa.

Diam bukan lagi emas, serta duduk di bangku perkuliahan dan memenangkan semua piala bukan lagi jalan yang benar. Ditengah ketertindasan dan hadirnya diskriminasi sosial, mahasiswa mesti mambangun simpul gerakan sebagai solusi konkret melawan dominasi.

Organisasi kemahasiswaan maupun organisasi minat bakat mahasiswa mesti keluar dari tempat nyaman. Karena dengan begitu, jalan perjuangan yang telah dibangun sejak lama di kampus ini akan kembali hidup. Oleh karena itu, sudah sewajarnya kawan-kawan mahasiswa untuk kembali merawat nalar-nalar kritis dan menuangkannya dalam bentuk gerakan, melihat berbagai isu dan persoalan yag terjadi hari ini, terutama di kampus tempat kawan-kawan sendiri dipersiapkan menjadi budak.


Sumpah Mahasiswa Indonesia
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,
Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan.
Kami mahasiwa Indonesia bersumpah,
Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan.
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah,
Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan.

Padang, 23 Februari 2023

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Lagi

Next Post

Maraknya Fenomena Childfree, Begini Pandangan Gubes UIN IB

Related Posts
Total
0
Share