Suarakampus.com- Tren pengguna media sosial di Indonesia mengalami peningkatan, namun tidak diimbangi dengan tingkat kesopanan dan mempengaruhi psikologis netizen. Hal ini dibahas dalam webinar bertajuk Trend Toxic dalam Bersosial Media, Minggu (07/11).
Berdasarkan data dari Hootsuite (We Are Social) yang dikeluarkan pada 2021. Tren pengguna media sosial aktif di Indonesia tercatat sebanyak 170 juta jiwa atau 61,8 persen dari jumlah populasi.
Menanggapi hal tersebut, Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang Saifullah mengatakan, media sosial bukan pilihan yang tepat untuk mendengarkan semua curhatan netizen, karena bukan memberikan solusi namun menambah masalah. “Dalam Islam tempat mengadu yang terbaik hanyalah Allah,” katanya dalam acara yang diselenggarakan HMP Sejarah Peradaban Islam UIN IB.
Lanjutnya, Islam telah mengajarkan pemeluknya untuk beretika dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, begitu juga di dunia maya. Kata dia, netizen mesti menimbang-nimbang perilaku ketika berselancar pada media sosial. “Netizen harus menjaga emosi dan menelusuri fakta terlebih dahulu,” inginnya.
Sementara itu, Menurut Wakil Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN IB Abdullah Khusairi, menggunakan media sosial dapat mengubah pola pikir dan menciptakan ketergantungan. “Berinteraksi dengan media sosial bisa mempengaruhi psikologis kita,” tuturnya.
Meski sering dikaitkan dengan sisi negatif, kata dia, berselancar di media sosial juga memberikan pesan moral dengan munculnya rasa peduli dan keadilan dalam bertindak, kebebasan menjunjung Hak Asasi Manusia dan menghormati nilai-nilai yang dipandang suci. “Pesan moral dapat dikutip ketika bijak menggunakan sosial media, sehingga menghormati nilai-nilai yang ada pada masyarakat,” ungkapnya.
Ia mengatakan strategi yang baik ketika di dunia maya adalah menciptakan lingkungan yang mampu membawa sinergi positif dan menguntungkan. “Ciptakan lingkungan yang menguntungkan, itu strategi yang baik dalam media sosial,” katanya. (ulf)
Wartawan: Rindang Sabhita Najmi, Rafika Mardhatillah, Faisal Haris Mantori (Mg).