Suarakampus.com– Rifky Al-Faiz, mahasiswa Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, berhasil meraih gelar Bintang Aktivis Kampus dalam wisuda ke-93 berkat konsistensinya aktif berorganisasi dan menyeimbangkan akademik dengan kegiatan luar kelas. Mahasiswa asal Pariaman ini mengungkapkan dirinya sejak awal bercita-cita menjadi aktivis kampus sekaligus mahasiswa terbaik, Sabtu (26/04).
Rifky menyebutkan, dirinya sudah aktif dalam berbagai organisasi baik di dalam maupun luar kampus sejak awal perkuliahan. “Saya sudah menanamkan impian besar ini dalam diri saya,” katanya.
Rifky mengakui, pencapaian tersebut tidak diraih secara instan dan membutuhkan proses panjang yang penuh tantangan. “Perlu usaha sebaik mungkin untuk mencapainya,” ujar mahasiswa cumlaude prodi Hukum Ekonomi Syariah itu.
Rifky menambahkan, penghargaan yang diterimanya bukan sekadar mengejar gelar terbaik semata. “Melainkan bentuk usaha maksimal di setiap kesempatan,” jelasnya.
Mantan Gubernur Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Syariah ini mengisahkan, awalnya ia sempat bingung memahami persyaratan untuk mengikuti seleksi aktivis kampus. “Saya mengumpulkan semua SK dan sertifikat yang saya miliki,” ucap Rifky saat diwawancarai tim Suarakampus.com.
Rifky menceritakan, dirinya tidak menyangka saat gladi yudisium namanya disebutkan sebagai penerima Bintang Aktivis Kampus. “Saya sempat tidak percaya,” ungkapnya.
Rifky menuturkan, motivasi terbesarnya adalah membanggakan kedua orang tua dan mengapresiasi perjuangan pribadi. “Semua proses keras itu tidak sia-sia,” tegasnya.
Mantan delegasi Indonesia Youth Excursion Network 2024 itu menerapkan prinsip skala prioritas dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi. “Saya membuat target bulanan untuk akademik dan kegiatan organisasi,” katanya.
Aktivis muda ini menilai, esensi berorganisasi bukan diukur dari seberapa sering hadir dalam kegiatan. “Tetapi seberapa bermakna kontribusi yang kita berikan,” tandas Rifky.
Dalam metode belajar, Rifky lebih mengutamakan pemahaman konsep daripada sekadar hafalan. “Saya mencari sudut pandang praktis dari materi yang dipelajari,” imbuhnya.
Sebagai penutup, Rifky berpesan kepada mahasiswa lain untuk menjadikan dunia sebagai ruang belajar tanpa batas. “Setiap tempat yang kita kunjungi adalah kelas, setiap orang yang kita temui adalah guru,” tuturnya. (asr)
Wartawan: Siti Ulami (Mg) dan Habila (Mg)