Oleh: Rona Hasnel
Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Imam Bonjol Padang
Suarakampus.com- Sudah hampir satu setengah tahun lebih, musibah non-alam Covid-19 melanda Indonesia. Tidak hanya Indonesia, bahkan hampir seluruh negara di dunia dibuat tak berdaya melawan virus yang mulanya berasal dari Wuhan negara Tiongkok ini.
Adanya pandemi Covid-19 tidak terasa telah membawa banyak perubahan terhadap aktivitas serta perilaku masyarakat di seluruh dunia. Namun, kenyataannya perubahan tersebut tidak selalu berdampak positif. Selain berdampak pada kegiatan ekonomi serta kesehatan fisik dunia, pandemi Covid-19 juga berdampak pada kesehatan mental masyarakat terutama pada siswa atau pelajar.
Physical distancing, kejenuhan selama pandemi serta berita angka kematian dunia yang terus bertambah menghantui kegiatan keseharian masyarakat. Pandemi Covid-19 secara khusus juga membawa dampak yang nyata terhadap kesehatan mental siswa. Sebelumnya, kegiatan belajar mengajar siswa dilakukan secara tatap muka atau offline. Kini kegiatan belajar mengajar siswa dilakukan secara online. Pola belajar mengajar model daring tersebut secara tidak langsung membawa dampak pada kesehatan mental pada siswa.
Dampak dari pada perubahan kesehatan mental siswa diungkapkan pada penelitian M. Czeisler beserta kawan-kawannya, mengenai dampak karantina pada kesehatan mental dan perilaku belajar mahasiswa kedokteran (mental health, substance use, and suicidal ideation during the Covid-19 pandemic) di Amerika Serikat, pada tanggal 24-30 Juni 2020. Beberapa mahasiswa yang berpartisipasi pada riset tersebut mengungkapkan bahwa dampak yang mereka rasakan dari adanya karantina membuat mereka terpisah dari keluarga dan teman secara emosional serta membuat menurunnya kinerja dan waktu belajar mereka. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan 23,5% mahasiswa kedokteran sebagai partisipan merasa depresi dan putus asa.
Di sisi lain, juga ada tiga perihal yang menyebabkan siswa atau mahasiswa mengalami masalah mental pada saat pembelajaran secara online. Hal pertama yaitu siswa atau mahasiswa merasa seolah-olah seperti terjebak di dalam rumah karena tidak ada kesempatan atau takut untuk keluar rumah, terutama pada saat adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sehingga, kebosanan yang terjadi secara terus menerus lambat laun menciptakan stres.
Kedua, perbedaan yang sangat terasa ketika pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka dengan pembelajaran secara online learning. Pembelajaran secara tatap muka atau bertemu empat mata memang jauh lebih membuat siswa merasa lebih terhubung dibandingkan dengan bertemu secara online atau lewat layar.
Selanjutnya yang ketiga, dikarenakan takut terinveksi Covid-19. Ketiga hal tersebut menurutnya mungkin membuat beberapa orang merasa lebih lelah ketimbang kegiatan biasanya ketika sebelum adanya pandemi karena rasanya seperti tidak ada celah untuk bernapas.
Dari hasil penelitian-penelitian yang sudah disebutkan tadi, kegiatan pembelajaran secara online memang berpengaruh terhadap mental siswa. Model baru kegiatan belajar mengajar secara online, secara tidak langsung membuat siswa mau tidak mau harus mengikuti aturan belajar secara online. Paham atau tidak paham mengenai pelajaran yang dipelajari pada saat pembelajaran online, siswa dituntut untuk paham.
Kemudian pembelajaran online tetap berlangsung hingga adanya ujian akhir. Pada saat ujian siswa mau tidak mau harus mengerti dan paham materi secara mandiri agar mendapatkan nilai ujian yang bagus. Hal tersebut secara tidak langsung juga menjadi pengaruh pada kesehatan mental siswa. Untuk itu perlu adanya variasi-variasi yang kreatif yang dilakukan oleh pengajar pada saat kegiatan belajar secara online guna membantu siswa lebih dapat memahami materi pelajaran.
Semoga kedepannya sistem pembelajaran di Indonesia dapat disesuaikan dengan segala situasi dan keadaan yang mungkin saja terjadi. Hal ini tentu perlu, mengingat tidak ada seorang pun yang tahu hal apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.