Prodi SPI Bekali Pengetahuan Arsip untuk Civitas Akademika Sejarah

Kuliah umum Prodi SPI secara virtual (sumber: Firga/suarakampus.com)

Suarakampus.com- Tingkatkan kemampuan civitas akademika dalam melakukan riset penelitian, Program Studi (Prodi) Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang mengadakan kuliah umum bertajuk Arsip sebagai Sumber Sejarah. Kendati dilaksanakan secara virtual, kegiatan ini dihadiri oleh ratusan peserta baik dari kalangan mahasiswa ataupun dosen.

Kegiatan ini dipandu oleh dosen Ilmu Sejarah Universitas Jambi, Benny Agusti Putra. Diawali dengan perbincangan ringan terkait sejarah dan penelitian bersama narasumber Guru Besar (Gubes) Riset Sejarah Lokal dan Global P2SDR-LIPI, Erwiza Erman.

Ketua Penyelenggara, Muhapril Musri dalam sambutannya mengatakan pemilihan tema kuliah umum ini bertujuan sebagai antisipasi seorang sejarawan yang tidak mengerti arsip. Katanya, arsip merupakan salah satu sumber primer penelitian sejarah.

“Arsip itu sangat penting sebagai produk masa kini yang sangat bermanfaat di masa yang akan datang, oleh karena itu sekarang dilembagakan,” katanya, Senin (31/05).

Muhapril juga menyayangkan banyaknya peneliti yang tidak mengerti dengan urgensi dan kepentingan yang terkandung di dalamnya. “Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan sejarawan dan untuk mengatasi hal itulah tema ini kami angkat,” tuturnya.

Kemudian, ia menerangkan kegelapan di dunia arsip akan segera diterangi oleh narasumber yang selain Gubes, beliau juga tergabung dalam LIPI. “Beliau sangat ahli dalam hal ini dan terbukti dari prestasinya di bidang penelitian, semoga kita semua dapat memanfaatkan momen ini dengan baik,” ucapnya.

Selanjutnya, Erwiza Erman mengatakan dalam materinya arsip merupakan rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media. Arsip terus mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

“Definisi arsip mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan teknologi informasi,” katanya.

Ia juga menerangkan arsip sebagai sumber primer dalam penelitian sejarah berfungsi untuk membuka wawasan baru dan melengkapi, serta menyempurnakan kerangka konseptual yang digunakan dalam desain penelitian. “Arsip terkoneksi satu sama lainnya dan memberikan data historis fenomena unik melalui dokumen data,” terangnya.

Lanjutnya, penelitian sejarah mendasar pada fakta dan data sosial aktivitas masa lalu manusia. Hal ini hanya bisa didapatkan melalui arsip-arsip yang ditinggalkan, seperti diary dan surat-surat yang ditinggalkan.

“Jika setiap kerajaan dan raja mempunyai diary maka hal ini sangat membantu kita dalam mengungkapkan sejarah dalam kerajaan itu,” tukasnya.

Kemudian, ia mengatakan kesadaran kolektif masyarakat tentang arti pentingnya arsip sebagai sumber utama dalam menyelesaikan berbagai persoalan masih tergolong minim. Hal tersebut terbukti dari perbedaan arsip kolonial dengan arsip setelah Indonesia merdeka.

“Karena kesadaran yang minim itu, maka arsip kita banyak diambil oleh bangsa kolonial,” tuturnya.

Erwiza menuturkan kesadaran masyarakat tentang arti penting arsip bagi sejarah sudah mulai meningkat seiring berkembangnya ilmu pengetahuan. Kesadaran ini dipengaruhi oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bangsa dan dicari bukti masa lalunya.

“Dokumen yang kita arsipkan sekarang tentu akan menjadi arsip di masa yang akan datang dan arsip yang kita gunakan sekarang harus disimpan di tempat yang aman,” kata Erwiza Erman.

Sambungnya, arsip ini tidak bisa dibaca oleh sembarang orang, karena arsip memiliki bahasa yang kuno dan huruf-huruf yang tidak lagi jelas karena telah usang dimakan waktu. “Selain susah ditemukan arsip ini juga susah dipahami, membaca arsip sama layaknya berjudi, untung-untungan,” jelasnya.

Ia juga mengatakan sejarawan menghabiskan waktu berhari-hari mencari dan memahami arsip agar terciptanya tulisan yang objektif. Arsip sebagai data dari tangan pertama berguna sebagai data utama dalam suatu penelitian.

Namun, meski demikian ada layaknya setiap arsip tidak selalu diterima dengan lapang dada, siapa tahu ada seseorang yang berniat memanipulasi data melalui arsip. “Oleh karena itu, dalam metode penelitian sejarah ada tahapan kritik sumber, sumber tidak langsung dipercaya begitu saja,” katanya.

Salah seorang mahasiswa SPI peserta kuliah umum, Ika Oktavia mengatakan kegiatan ini sangat bermanfaat dan memberikan wawasan. “Kegiatan ini dapat dijadikan landasan awal bagi saya yang akan melakukan penelitian untuk skripsi nantinya,” ucapnya.

Lanjutnya, dalam perkuliahan juga sudah membahas tentang dunia kearsipan, tapi penyajian materi pada kuliah umum ini sangat berbeda dengan materi yang diterimanya di kelas. “Semoga ke depannya Prodi terus memberikan tunjangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan civitas akademika, apalagi di suasana pandemi saat ini,” harapnya. (rta)

Wartawan: Firga Ries Afdalia

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Pembelajaran Online dan Pengaruhnya Terhadap Mental Siswa

Next Post

Tips Hadapi Kuliah Daring Agar Tidak Membosankan

Related Posts
Total
0
Share