Oleh: Manisma Habibayana
(Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang)
Selepas waktu subuh, rintik-rintik hujan ternyata tidak mengusik tidur seorang perempuan yang masih saja asyik menyelimuti tubuhnya dengan selimut berwarna biru tua itu. Dia Bella, yang sudah hampir menginjak 27tahun. Misi untuk tidur pulas nya gagal seketika, sebab teriakan mamaknya.
“Bell….bangun udah siang ini!” Teriak Mela, wanita berusia 53 tahun, sosok mamak yang sibuk memasak nasi goreng untuk sarapan pagi.
“Jadi perawan tua loh kamu lama-lama, gak nikah-nikah pulak!” Sambungnya yang terus mengomel dari dapur.
“Iyaaaaa mak.” Sahut Bella dari kamar sembari membuka tirai jendela kamarnya.
“Masih hujan ih …..masih jam tujuh, dibilang siang, ini masih pagi mak!!” Gerutunya sambil menggaruk kepala dengan rambut kusut dan berantakan.
Sesampainya di meja makan, Rara dan Reno terlihat tidak sabar menunggu nasi goreng buatan mamaknya yang terlihat menggoda dan lezat itu. Mereka berdua terlahir kembar yang saat ini masih berumur 16 tahun. Rara memukul-mukul pelan piringnya dengan sendok, sehingga membuat Bella kesal. “Dekkk, masih pagi loh ini …ribut banget si.” Tegur Bella pada Rara.
Lantas hal itu membuat Reno menertawai Rara dan menjulurkan lidahnya, seolah memihak kakaknya.
“Wlek, kasihan dimarahin.” Ujar Reno pada Rara yang membuat wajah Rara masam seketika.
“Ah sudah jangan pada ribut, ini nasi goreng udah siap, ehmm enak banget wanginya kan? ” Pertanyaan yang sebenarnya merupakan permintaan validasi dari ketiga anaknya itu.
“Wiiihhh enak banget dong pasti….iya kan ayah?” Tanya Rara sambil mengunyah.
Seketika suasana jadi hening.
“Ra….. gak lucu deh…ayah kan udah dua tahun yang lalu meninggal!!” Ucap Bella menatap adiknya yang terlihat lugu. “Apaan sih. .orang Rara ngomong sama foto ayah yang di depan tuh.” Jawabnya menunjuk bingkai foto itu.Semua orang yang berada di ruangan tersebut menoleh kearah jari Rara menunjuk.
“Ooo…selamat makan ayahh.” Teriak Reno yang kemudian tersenyum melihat foto ayahnya.
Sedangkan Bella dan Mamaknya hanya terdiam melihat tingkah si kembar. Akhirnya mereka semua menyantap nasi goreng sebagai sarapan pagi yang masih diiringi rintik-rintik hujan. Sudah merupakan kebiasaan dari keluarga ini untuk makan bersama setiap pagi dan malam. Keluarga cemara memang menjadi idaman semua orang. Mela merasa beruntung masih tetap kuat bertahan hingga sekarang, meskipun suaminya sudah tiada. Farid meninggal karena kecelakaan saat berkendara. Ia merupakan sosok ayah yang sangat hebat bagi keluarga ini. Meskipun mereka tidak begitu kaya, namun kehidupan mereka selaku cukup.
Diusia yang sudah tidak terbilang muda, Mela selalu berusaha menjadi ibu sekaligus ayah yang terbaik untuk kedua putri dan satu putranya. Ia juga tidak kesulitan mengurus mereka bertiga, sebab Ketiga anaknya termasuk anak yang berprestasi di bidang akademin dan non akademik. Namun, akhir-akhir ini Mela mulai merasakan tubuhnya melemah. Ia khawatir jika tidak bisa melihat putri tertuanya menikah. Sehingga mendesak Bella untuk menikah.
“Bella kamu kapan nikah sama Fauzi pacar kamu tuh? Kalian udah lama loh pacaran dari SMA sampai sekarang belom nikah juga.” Tanya Mela sembari menyisir rambut putrinya.
Bella hanya tersenyum, batinnya juga sebenarnya ingin segera menikah, selain dari usianya yang terus bertambah, kejelasan hubungannya dengan Fauzi juga belum tercapai. Ia juga sering kali bertanya kapan pria itu meminangnya, namun lagi-lagi Fauzi masih memberikan alasan yang sama.
“Aku belom siap! Finansial, karir , ekonomi aku belom bisa menyanggupi untuk berumah tangga, Bell tolong ngertiin aku ya.” Alasan Fauzi yang hingga kini masih jelas berputar di benaknya.
Bella juga tidak bisa selalu mendesak, karena alasan Fauzi juga ada benarnya. Mana mungkin setelah menikah ekonomi masih belum jelas pendapatannya. Tetapi di sisi lain Bella juga sadar bahwa umurnya sudah seharusnya menikah di tambah lagi mamak selalu menanyakan pernikahan.
“Bella …..kok malah diam?” Tanya Mela dengan serius, ia beranjak dan menatap mata putrinya.
“Fauzi belum siap. Nikah itu besar tanggung jawabnya Mak, tempat tinggal, dan apapun yang bersangkutan tentang finansial itu harus matang-matang.” Jawabnya.
Mela menghela nafas, memejamkan matanya sejenak. Mela tau hal ini memang berat dan sering terjadi pada pasangan muda. Namun sebagai orang tua ia juga harus tegas.
“Ya sudah….itu berarti Fauzi tidak begitu serius untuk meminang mu. Kalian sudah hampir tujuh tahun pacaran. Masa belum nikah juga.” Tegasnya memalingkan wajah.
Bella terdiam, berfikir sejenak. Perkataan mamaknya memang ada benarnya. Tetapi dia juga tidak bisa berkata apa-apa.
“Tapi Maak…..”
“Apa? Kalo tujuh tahun dia belom siap, ya sudah cari yang lain yang sudah siap, laki-laki itu harus jelas.” Tegur Mela menepuk pundak Bella.
Setelah berbicara, Mela beranjak pergi dari kamar putrinya. Sedangkan Bella hanya termenung, terdiam, seolah ucapan mamak nya menusuk hatinya.
Satu bulan kemudian, Mela baru saja periksa ke rumah sakit, ternyata ia didiagnosa kanker hati. Di umurnya yang sudah tua ini, ia sadar hidupnya tidak lama lagi. Ia begitu takut untuk meninggalkan anak-anaknya. Apalagi Rara dan Reno masih remaja, tentu butuh bimbingan darinya. Ditambah lagi Bella yang belum juga menikah. Ia sangat khawatir jika pergi begitu saja dalam keadaan seperti ini.
Malam ini Mela ingin membicarakan masalah penyakit dan keinginannya sebelum pergi dengan Bella, putri tertuanya. Mereka berbicara empat mata di dalam kamar.
“Mak….ini apa? Mamak becanda kan?hahaha jangan bercanda! Ini udah malam mak.” Tanya Bella sembari tertawa melihat lembaran kertas dari rumah sakit.
Namun Mela justru terdiam, kini Bella sadar ternyata mamaknya sedang tidak bercanda. Tanpa disadari Mela mulai meneteskan air matanya. Sedangkan Bella langsung menjatuhkan kertas itu karena tangannya yang tiba-tiba terasa lemas. Mela memeluk Bella berharap Bella untuk siap. Karena umurnya tidak akan lama lagi. Sebab kanker hati yang ia miliki sudah stadium akhir. Kini waktunya hanya hitungan bulan lagi.
“Mak….Rara sama Reno tau?” Tanya Bella.
“Mamak belom siap Bel….mamak takut, hiks..hiks..hiks. ” Tangis Mela.
Dua wanita dewasa yang menahan luka akhirnya berpelukan sembari menahan suara air mata. Dan malam ini, Bella sadar mengapa mamak sering mendesaknya untuk segera menikah. Karena itu merupakan impian terakhir seorang ibu sebelum pergi selamanya.
Setelah selesai berbincang, Mela pun kembali ke kamar Rara. Malam ini ia ingin menghabiskan waktunya dengan putri keduanya. Berharap malam akan terus bisa memeluk anaknya itu.
Sedangkan Bella meminta Fauzi untuk bertemu malam itu juga di sebuah Cafe. Lagi pula, jarak rumah mereka hanya 30 menit jika berkendara. Bella sangat yakin dengan keputusannya malam ini ada dijawaban Fauzi.
Akhirnya merekapun bertemu di Cafe biasa. Tanpa ragu Bella langsung berterus terang.
“Kita udah hampir 7 tahun pacaran.” Ucapnya sembari memejamkan mata sejenak.
Fauzi yang langsung paham tentang maksud dari kalimat pembukaan yang pasti sudah tertuju tentang pertanyaan kapan menikahinya.
“Aku belom siap Bel.” Sahutnya dengan suara lembut.
Bella menghela nafas panjang. Pandangannya berpaling tanpa arah. Kemudian kembali menatap mata lelaki yang ia cintai selama tujuh tahun itu.
“Mamak bentar lagi pergi.” Ucapnya lantang.
“Ya terus Mamak kamu mau pergi kemana emang?” Tanya Fauzi sembari tersenyum, tangannya mengelus rambut Bella.
“Dia sakit kanker stadium akhir.” Jelas Bella lagi.
Fauzi kemudian mengerti maksud Bella tentang hal itu. Ia sekarang sedang berada di posisi yang sangat bingung.
“Kamu harus nikahin aku sebelum Mamak pergi!..hiks…hiks..hiks…” Seru Bella sembari menangis di pelukan pacarnya.
Lantas lelaki itu langsung memeluk Bella dan berharap gadis ini merasa tenang. Sedangkan ia juga bingung harus menikah tetapi ekonomi dan mentalnya belum siap. Akhirnya Fauzi meminta Bella untuk menunggu keputusannya lagi. Namun Bella hanya memberi batas waktu satu minggu untuk memilih menikah atau jika tidak Bella akan menikah dengan orang lain pilihan Mamaknya.
Sejak saat itu, hari ini tepat dua bulan mereka bertemu di cafe. Namun Fauzi tidak kunjung memberi jawaban ia terlalu takut untuk berkata tidak siap, namun juga tidak ingin melihat kekasihnya menikah dengan pria lain.
Namun, apa boleh dibuat. Berapa lama pun menjalin hubungan belum tentu menjamin dengan siapa kita akhirnya dipinang. Bella yang notabene nya adalah kekasih Fauzi, memilih untuk dipinang dengan laki-laki lain. Bella telah lelah menghadapi sikap Fauzi yang tidak ada kepastian untuk meminangnya. Ditambah dengan permintaan Mamaknya untuk menikah. Itulah takdir, tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya.