Perubahan Spektrum Warna Pengaruhi Perkembangan Komunikasi Anak

Sosok Dosen Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Chrisdina Wempi (Foto: Ramitha/suarakampus.com)

Suarakampus.com- Gangguan komunikasi yang dialami individu autistik perlu perhatian khusus, hal ini banyak terjadi pada anak laki-laki. Menurut medis psikologi ini disebakan oleh tingginya kandungan zat besi dan gaya hidup, sehingga berpengaruh pada perkembangan interaksi anak, Minggu (23/01).

Dosen Institut Komunikasi dan Bisnis London School of Public Relations (LSPR), Chrisdina Wempi mengatakan komunikasi merupakan hal utama yang kita gunakan dalam berinteraksi dengan orang, berbeda dengan mereka yang memiliki gangguan dalam berkomunikasi. Berbicara dengan individu yang autistik tidaklah mudah sehingga perlu pemahaman mengenai pola interaksi yang mereka gunakan. “Namun tidak menutup kemungkinan kita dapat melakukannya,” katanya.

Sambungnya, orang yang mengalami gangguan ini bisa sewaktu-waktu melukai dirinya, namun ketika mereka berada pada fase high functioning, yang merupakan keadaan di mana individu autistik sudah berapa pada spektrum yang sudah dewasa dan tidak akan membahayakan dirinya dan orang lain. “Bahkan ada sebagian dari mereka yang bekerja,” lanjut Wempi saat menyampaikan materi.

“Autistik dapat diibaratkan sebagai spektrum warna yang dapat berubah dari gelap hingga terang,” tambahnya.

Ia menjelaskan, bahwa gangguan perkembangan pada anak di sini lebih pada bagaimana individu itu bertindak dan berinteraksi, menurut psikologi penyebab autis ini berawal dari gaya hidup atau zat besi yang terlalu tinggi. Namun secara fisik tidak perubahan yang begitu signifikan, dan ini paling banyak terjadi pada anak laki-laki. “Perempuan jarang sekali mengalami gangguan ini ketimbang laki-laki,” terangnya.

Katanya, ada beberapa ciri dari individu yang menderita autis seperti sulit membentuk gestur tubuh, sulit tidur, memiliki rasa cemas yang tinggi, ekspresi datar, menghindari kontak mata dengan orang lain, dan lebih sering menyendiri dengan dunianya, serta memiliki rasa sensor yang tinggi. “Sehingga kita perlu berbicara terlebih dahulu sebelum menyentuh mereka, agar mereka dapat memberikan respon positif,” ucapnya.

Wempi menekankan, bahwa ketika kita berkomunikasi dengan individu autistik perlu sabar dan bersikap lebih positif lagi, serta hindari mengejek dan menghina karena mereka sulit dalam menyampaikan sesuatu. “Berusaha untuk tetap tenang dalam menghadapi individu tersebut, karena mereka punya cara yang unik untuk berkomunikasi dengan kita,” pungkasnya. (nsa)

Wartawan: Ramitha Mawangi (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Konflik Agraria Tidak Kunjung Selesai, KPA: Penguasa Mesti Introspeksi Diri

Next Post

Sebuah Jalan Menuju Kematian

Related Posts
Total
0
Share