Suarakampus.com- Pengamat Media Institut Muslimah Negarawan (Imune), Cut Putri Cory berpendapat bahwa Konflik Palestina-Israel kembali meruncing karena penyerangan Kepolisian Israel terhadap umat Islam di Masjid Al-Aqsa. Selain itu, ada tiga faktor yang menyebabkan kekuatan umat Islam saat ini mengalami kemunduran dalam membebaskan Baitul Maqdis dari cengkraman zionis.
“Faktor tersebut yaitu nasionalisme yang memecah belah, perjanjian-perjanjian internasional yang menghambat pergerakan pembelaan Palestina, dan penerapan kapitalisme sekuler yang membuat terorisme Israel menjadi lazim pun membuat Islam terpisah dari kehidupan,” kata Cory, Rabu (12/05).
Cory mengatakan masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi kepada muslim Palestina bukanlah hal yang baru lagi bagi mereka. “Justru pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan zionis sudah seringkali dirasakan muslim di sana (Palestina),” tuturnya saat webinar yang diadakan Komunitas Literasi Islam (KLI).
Lanjutnya, umat muslim Palestina terbagi dalam tiga pola saat peristiwa tersebut, di antaranya Masjid Al-Aqsa, Syeikh Jarrah (nama daerah di Palestina), dan Gaza. “Terakhir saya mendapatkan informasi berdasarkan ketegangan yang terjadi di tiga pola ini, ada 20 lebih yang mati syahid, sembilan di antaranya adalah anak-anak di daerah Gaza,” paparnya.
Cory menjelaskan berdasarkan informasi yang ia dapatkan, Israel akan melakukan penyerangan besar-besaran setelah akhirnya mendapat kesepakatan dari parlemen Israel. “Prediksinya, konflik ini dalam beberapa hari ke depan akan mengalami peningkatan eskalasi,” ucapnya.
Kemudian, menyangkut kecaman dari setiap negara terhadap kekejaman yang dilakukan Israel tersebut, sekarang banyak negara yang bergantung kepada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). “Banyak sekali negara-negara yang meminta PBB untuk menyampaikan kecamannya terhadap Israel, tetapi PBB justru tidak banyak membantu,” kata Cory.
Ia juga mengatakan hal ini ditandai dengan sikap PBB yang hanya meminta kedua petinggi negara tersebut (Palestina-Israel) untuk meredam kericuhan. Peristiwa tersebut juga diperparah oleh media sosial yang menganggap postingan pembelaan terhadap Palestina tidak pantas dan melanggar kebijakan pengguna.
“Bahkan postingan Al-Jazeera diblokir oleh pihak Instagram karena dianggap melanggar kebijakan pengguna dan komunitas, padahal postingan mereka (Al-Jazeera) hanyalah karikatur yang menunjukkan muslim yang tetap melaksanakan salat di tengah kepungan tentara zionis,” tutup Cory. (rta)
Wartawan: Randa Bima Asra (Mg)