Suarakampus.com– Salah seorang Santri Pondok Pesantren Ashhabul Yamin Lasi Tuo, Agam, Sumatera Barat, Muhamad Farhan Hanif berhasil raih peringkat harapan satu pada lomba membaca kitab kuning (kitab tidak ada baris) pada ajang perlombaan Musabaqoh Qiratil Kitab (MQK) tingkat nasional. Kegiatan tersebut digelar dalam rangka menyambut satu abad Nahdlatul Ulama (NU) di Surakarta.
Kitab yang dilombakan adalah kitab Fathul Mu’in membahas tentang ibadah, muamalah, dan jinayah. “Makrak yang dibaca adalah persolan muamalah, nikah dan jinayat,” ucap Farhan saat diwawancarai tim suarakampus.com, Minggu (29/01).
Farhan mengungkapkan rasa syukurnya atas perolehan yang ia capai dalam ajang perlombaan tersebut, meski dirinya tidak masuk kategori tiga besar. “Saya bangga atas hasil yang diperoleh, tapi sayang harapan saya tidak sesuai dengan kenyataan”, ungkapnya.
“Meski hanya berada di posisi harapan satu saya sudah bersyukur telah ikut serta dikancah nasional luar Pulau Jawa”, sambungnya.
Selain itu, sebagai bentuk keseriusannya Farhan terlebih dahulu mengkaji kitab-kitab yang berkaitan dengan yang akan dilombakan. Hal tersebut dilakukannya setiap hari sampai perlombaan tersebut diadakan. “Setiap hari saya selalu mengatur jadwal saya agar tetap konsisten mengkaji kitab-kitab yang berkaitan dengan yang dilombakan,” sebutnya.
Kemudian kata dia, dalam mengkaji kitab yang dilombakan ia didampingi oleh Ustad Akmal Hadi dan seorang guru, Angku Zainal. Dalam prosesny, ia hanya diajarkan dari pagi hingga siang, selebihnya mengulasnya sendiri. “Saya diperhatikan dalam mengkaji kitab tersebut oleh dua guru saya dari sekolah dan dari luar tersebut”, katanya.
Farhan mengatakan, kendala yang dihadapi selama proses menghadapi perlombaan, kurang nya fasilitas untuk mendampingi dirinya untuk menelaah atau mengkaji kitab tersebut dibandingkan dengan peserta lain. “Peserta lain pada malam hari di dampingi oleh gurunya sedangkan saya hanya di dampingi dari pagi sampai siang saja,” pungkasnya.
Selaku Kepala Pondok Pesantren Ashhabul Yamin, Akmal Hadi mgungkapkan rasa bangganya atas prestasi yang diraih oleh Muhammad Farhan Hanif. Dari sekian banyak siswa, ia terpilih dan mampu tampil dikancah nasional.
“Kami selaku keluarga besar Ashhabul Yamin bangga atas capaian tersebut. Meski pada awalnya kita cuma punya target masuk sepuluh besar,” tuturnya.
Lanjutnya, memasuki babak final dan meraih juara empat tersebut adalah bentuk perjuangan yang sangat luar biasa. Dengan menyandang nama pondok ia bisa mencapai peringkat harapan satu, tentu ini adalah sebuah hasil kerja keras dan kesungguhan yang serius.
Sementara itu, bentuk apresiasi dari sekolah pihaknya memberikan sertifikat untuk santri yang berprestasi dan bonus sebesar Rp 500.000. Hal tersebut merupakan wujud bangga atas prestasi yang diraih oleh santri yang berbakat.
“Semoga kedepannya santri Ashhabul Yamin menoreh tinta emas di pentas nasional, dan prestasi seperti ini berkelanjutan untuk kedepannya nya,” tutupnya. (ifw)
Wartwan: Miftahul Rahaman (Mg)