Silang Pendapat Civitas Akademika Terkait Bisanya Non Muslim Kuliah di UIN IB

Sumber: Pixabay.com

Suarakampus.com- Sebagai salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), UIN Imam Bonjol Padang merupakan tempat menuntut ilmu yang inklusif, namun belum ada mahasiswa non muslim. Menanggapi hal ini, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kelembagaan, Yasrul Huda mengatakan tidak ada larangan non muslim berkuliah di universitas Islam.

“Saya pikir kita harus berpikir terbuka dan bisa menerima perbedaan itu,” katanya, Rabu (20/10).

Sebab menurutnya, menuntut ilmu wajib bagi seluruh manusia dan ilmu pengetahuan bukan hanya ditujukan untuk umat Islam saja, melainkan semua orang yang ingin mempelajarinya. “Seharusnya pada Prodi Studi Agama-Agama (SAA) itu berasal dari agama yang berbeda juga,” terangnya.

Meski UIN termasuk perguruan tinggi yang inklusif, namun penerapannya tidaklah mudah, seperti yang diutarakan Dosen Prodi SAA, Sulthan Ahmad bahwa keberadaan non muslim di universitas Islam tidak tepat. Sebab, keberadaannya menjadi sensitif di antara kalangan mayoritas Islam nantinya. “Jika non muslim mengkaji tafsir hadis, tentu orang akan bertanya-tanya maksud dan tujuannya,” jelasnya.

Kendati demikian, ia membenarkan tidak ada hak membatasi keberadaan non muslim di perguruan tinggi Islam. Namun kata dia, keberadaan non muslim saat ini tidak terlalu penting. “Takutnya nanti keberadaan non muslim memberikan singgungan, karena tidak seluruh dosen sepakat dengan hal itu,” ungkapnya.

Lain halnya dengan Mahasiswa Prodi Sejarah Peradaban Islam, Imam mendukung hal ini, sebab katanya Islam merupakan agama rahmatan lil alamin. Jadi tidak ada larangan bagi orang-orang yang ingin mempelajarinya.

“Tidak masalah jika non muslim ingin mempelajari Islam secara keseluruhan, karena Islam adalah rahmat untuk seluruh alam,” jelasnya.

Imam mengatakan, saat ini kondisi UIN IB belum ada mahasiswa non muslim, karena bisa dipengaruhi oleh letak geografis kampus yang identik dengan falsafah alam Minangkabau. “Mungkin falsafah Minangkabau yang menyebabkan takutnya non muslim kuliah di kampus Islam,” katanya.

Imam menuturkan pihak kampus mesti lebih terbuka dalam menerima keberadaan mahasiswa non muslim, karena cakupan UIN IB sebagai universitas Islam sangat luas. “Kampus telah menjadi universitas, maka harus lebih bersifat terbuka,” ucapnya.

Hal ini diiyakan Annisa selaku Mahasiswa Prodi SAA yang menilai keberadaan mahasiswa non muslim di universitas tidak menjadi masalah. “Sah-sah saja jika mereka kuliah di UIN dan mengambil jurusan yang tidak terfokus kepada Islam seperti di fakultas sains dan teknologi,” katanya.

Lanjutnya, keberadaan umat non muslim di universitas Islam akan menjadi gambaran sikap toleransi yang baik. “Kita bisa berdampingan asal tidak mengganggu akidah masing-masing,” terangnya. (ulf)

Wartawan: Firga Ries Afdalia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Sempat Tertunda Akibat Pandemi, UKM Musik Kampus Kembali Hadirkan IB Fest

Next Post

Dema FDIK Serahkan Donasi untuk Mahasiswa Korban Kebakaran

Related Posts