Tantangan dan Solusi Pembelajaran Jarak Jauh bagi Anak-anak

Sosok Liza Marielly Djaprie pada Webinar Digital Society (Foto: Nada Andini/suarakampus.com)

Suarakampus.com- Pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap dunia pendidikan lantaran proses pembelajaran dilakukan secara jarak jauh, kesulitan paling serius terutama dialami anak-anak. Hal ini disampaikan oleh Psikologi Klinis, Liza Marielly Djaprie pada Webinar Digital Society via aplikasi Zoom Meeting dan live streaming Youtube.

Liza menjelaskan kondisi pandemi ini berakibat terganggunya fase perkembangan sosial anak sehingga mengalami kebingungan. “Anak kehilangan kemampuan untuk mengungkapkan situasi yang terjadi karena kehilangan fase bermain dan eksplorasi yang bisa melatih kemampuan sosialnya,” jelasnya, Jumat (29/01).

Di tengah situasi pandemi yang melanda kegiatan belajar mengajar terpaksa dilakukan secara jarak jauh, kendala dalam pengaksesan internet pun menjadi perhatian saat ini. “Tidak semua orang mampu mengoperasikan gadget secara mumpuni sehingga diperlukan waktu untuk penyesuaian serta kegiatan yang harus dilakukan,” katanya.

“Di lain sisi, situasi ini memberikan kesempatan untuk merekatkan hubungan baik anak dengan orang tua, dimana orang tua berkesempatan menjadi guru non-formal menjelaskan materi-materi yang minim didapatkan anak,” ungkapnya.

Lanjutnya, selama pandemi seseorang juga dapat mengalami yang namanya Cabin Fever, yaitu gangguan psikologi yang diderita seseorang setelah sekian lama berada pada suatu tempat tanpa bisa berinteraksi dengan banyak individu lain dalam jangka waktu yang cukup panjang.

“Sehingga timbulnya kebosanan yang kronik, mudah tersinggung, tidak sabar, resah berkepanjangan, mudah cemas, tidak memiliki motivasi atas apapun, merasa depresif, tidak punya kemampuan menyelesaikan tugas harian, perubahan pola makan dan tidur, serta sulitnya berkosentrasi,” terangnya.

Senada dengan Liza, Guru Blogger Indonesia Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Wijaya Kusumah mengatakan, kendala jaringan memang ada dalam proses pembelajaran jarak jauh dan pilihan terbaik menghadapinya adalah sabar. “Sabar memang pilihan terbaik, namun guru yang gagap teknologi harus mampu bersaing dengan guru muda yang melakukan inovasi dan beradaptasi dengan keadaan,” tambahnya.

Wijaya juga menuturkan guru, murid dan orang tua harus mampu berkerjasama dalam kegiatan belajar mengajar agar pembelajaran jarak jauh efektif dan menyenangkan. “Ketika belajar dalam jaringan (daring) tidak berjalan baik sekarang jasa guru keliling telah banyak tersedia,” tutupnya. (rta)

Wartawan: Nada Andini (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinologi: Vaksin Aman untuk Direalisasikan

Next Post

UIN IB Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa, Berikut Ketentuannya

Related Posts
Total
0
Share
403 Forbidden

403 Forbidden


nginx