Oleh: M. Haichal Pratama
(Ketua Umum SEMA UIN IB Periode 2024)
Sejak 14 Abad Silam, Rasulullah SAW telah menunjukkan tuntunannya dalam hal pemakmuran masjid. Begitu pula di zaman keemasan Islam. Sejak abad ke enam sampai tiga belas masehi atau selama tujuh abad, umat Islam berhasil menjadikan masjid sebagai markas pelaksanaan hubungan antar manusia dengan Allah SWT (ibadah) dan hubungan manusia dengan manusia (mu’malah). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara ideal masjid memiliki peran dan fungsi sebagai pusat ibadah serta pembinaan umat.
Masjid adalah tempat bersujud makhluk kepada Allah SWT, pencipta alam semesta. Penampilan dan isi masjid mencerminkan derajat hubungan manusia dengan Allah SWT (ibadah) dan diantara manusia dengan manusia (muamalah). Pada umumnya, wajah masjid akan bergantung kepada taraf iman manusia. Makin tinggi iman, maka makin makmurlah masjid itu, ataupun sebaliknya. Secara sederhana dapat dimaknai bahwa masjid merupakan alat pemantau yang memberikan petunjuk apakah umat manusia itu dalam keadaan beriman, sebaliknya atau tidak.
Salah satu indikator peradaban Islam di satu lingkungan masyarakat itu terlihat dari keberadaan masjid yang berada di sekitar masyarakat tersebut. Ini menandakan bahwa umat Islam tercermin dari bagaimana pembangunan fisik dan tidak lupa dalam hal pembangunan secara roh. Sehingga kemakmuran masjid bukan terlihat dari megahnya bangunan dan bukan terlihat dari indahnya bangunan, tapi terlihat juga dari kegiatan dan ramainya jamaah dalam beribadah dan melakukan aktivitas lainnya di dalam masjid tersebut. Keberadaan masjid dalam lingkungan masyarakat ataupun pada lingkungan kampus sangat menjadi titik sentral dalam kegiatan masyarakat ataupun mahasiswa khususnya di lembaga-lembaga pendidikan yang berbasis Islam, selebihnya keberadaan masjid juga menjadi tempat beristirahat dan merelaksasikan pikiran-pikiran atas hiruk pikuk kehidupan dan aktivitas mahasiswa setelah menghadapi persoalan-persoalan perkuliahannya.
Lembaga pendidikan yang notabene berbasis Islam tentu mengedepankan pemikiran, perkataan, dan juga perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam. Dan tentunya, nuansa islami tersebut juga harus didorong dengan bangunan-bangunan yang akan mencerminkan nuansa keislaman. Dan khususnya yang kita lihat di salah satu lembaga pendidikan atau kampus yang ada di Sumatera Barat yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol (IB) Padang. UIN Imam Bonjol Padang adalah salah satu dari Perguruan Tinggi Islam yang tersebar di Sumatera Barat. UIN Imam Bonjol Padang merupakan kampus Islam yang secara umur dan secara kualitas sudah atau di atas rata-rata kampus Islam lainnya di Sumatera Barat.
Dalam hal kedewasaan, UIN Imam Bonjol Padang, yang sebelumnya IAIN Imam Bonjol Padang, telah melewati berbagai macam fase dan masa, sehingga sampai kepada titik puncak, yaitu dengan tersebarnya kampus menjadi tiga tempat yang ada di Sumatera Barat, Kampus I di Jalan Sudirman yang gedungnya belum jelas fungsinya, selanjutnya Kampus II di Lubuk Lintah yang sudah berfungsi sebagai Gedung Pasca Sarjana dan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, terakhir Kampus III yang menjadi titik sentral kegiatan seluruh mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang dan terdiri dari 6 Fakultas, yakni Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama-Agama, Fakultas Syari’ah serta Fakultas Adab dan Humaniora.
Kampus III UIN Imam Bonjol Padang yang sedang jadi perbincangan pada saat ini adalah kampus yang berada di daerah Kota Tangah atau lebih dikenal dengan Sungai Bangek yang merupakan kampus ketiga UIN Imam Bonjol Padang yang menampilkan nuansa kampus di atas perbukitan dengan view Kota Padang dan juga terlihat laut yang menambah kecantiknya pemandanganya. Penulis pikir, hanya itulah yang menjadi daya tarik kampus dan menjadi ikon UIN Imam Bonjol Padang. Namun, terlepas dari keindahan pemandangan yang ditampilkan sebagai daya tarik bagi siswa-siswa yang ingin berkuliah di UIN Imam Padang, terdapat satu titik kelemahan yang sangat menjanggal atas kelebihan-kelebihan yang ada. Kelemahan itu yakni tidak adanya keberadaan masjid di lingkungan UIN Imam Bonjol Padang, ini menjadi catatan penting bagi UIN Imam Bonjol Padang untuk disegerakan menjadi prioritas utama serta harus didorong pembangunannya secepat mungkin.
Sebagaimana yang disampaikan di awal, bahwa yang mencerminkan kualitas dan menjadi sentral kegiatan umat Islam adalah masjid. Dari sepanjang mata memandang dan berdasarkan apa yang dilihat, ternyata masjid sampai sekarang belum juga dibangun, menurut hemat Penulis hal ini merupakan salah satu indikator utama dalam hal pencerminan nuansa Islam dan itu tidak terdapat di UIN Imam Bonjol Padang sampai sekarang. Padahal UIN Imam Bonjol Padang merupakan kampus berbasis Islam, tetapi tidak terdapat masjid di dalamnya, sehingga nuansa Islam tersebut tidak tercermin dari UIN Imam Bonjol Padang, padahal masjid di zaman Nabi Muhammad SAW itu selain jadi pusat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan umat Islam. Jangankan untuk menjadi pusat kegiatan atau pembinaan umat, untuk persoalan ibadah saja di UIN Imam Bonjol Padang itu hanya menyediakan musala yang keberadaannya terdapat dibawah tangga-tangga gedung dan bisa dikatakan itu kurang layak dalam ke khusyukan ibadah.
Penulis yakin dan percaya bahwa seluruh civitas akademika ataupun pimpinan-pimpinan kampus, bahkan dosen sekalipun, apalagi mahasiswanya, tentu sangat merindukan keberadaan masjid yang ada di lingkungan kampus. Karena masjid di lingkungan kampus merupakan salah satu prioritas utama untuk digerakkan pembangunannya, sehingga cerminan dari kampus yang bernuansa islami tercermin dari keberadaan masjid di dalamnya. Ini menjadi catatan bersama dan mari sama-sama kita dorong para stakeholder yang ada di UIN Imam Bonjol Padang untuk lebih mengutamakan pembangunan masjid terlebih dahulu, terlepas dari pro dan kontra yang terjadi di internal kampus. Penulis pikir, apabila mesjid tidak juga menjadi prioritas untuk dibangun, maka UIN Imam Bonjol Padang ibaratkan gajah tanpa gading, besar tapi tak bermakna. Padahal, secara objektif, pandangan masyarakat umum di luar dari UIN Imam Bonjol Padang melihat bahwa UIN Imam Bonjol Padang pasti dari keberadaan masjid di dalamnya. Karena untuk membangun peradaban Islam yang selalu digaungkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah dimulai dari masjidnya. Dapat dilihat bahwa para stakeholder ataupun pimpinan kampus lebih mendahulukan pembangunan asrama dari pada pembangunan masjid.
Artinya, dalam konteks pembangunan fisik, masjid juga akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap spiritualitas mahasiswa. Karena sangat naif rasanya ketika kita berbicara tentang Islam, tetapi kita tidak berbicara tentang pembangunan pusat peradabannya. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW ketika beliau hijrah ke Madinah, yang sangat diprioritaskannya adalah pembangunan Masjid Nabawi terlebih dahulu sebagai sentral dari peradaban Islam. Fungsi masjid juga bukan hanya sekedar tempat ibadah, tetapi di situ juga berfungsi sebagai tempat menuntut Ilmu, berbicara tentang ekonomi, sosial, politik bahkan berbincang tentang hal-hal strategis lainnya.
Dari berdasarkan apa yang penulis amati, bahwa mahasiswa juga kesulitan dalam menjalankan ibadahnya, karena ruangan tempat dia salat tersebut sangat tidak cukup kapasitasnya dan juga sangat terbatas, sehingga terkadang mahasiswa harus turun ke bawah mencari masjid atau musala yang ada di lingkungan masyarakat di bawah kampus. Terkadang penulis mengamati bahwa karena kapasitas yang sangat terbatas tersebut, bahkan mahasiswa enggan dan malas untuk melaksanakan salat, apalagi ketika cuaca buruk. Cuaca yang tidak menentu dan terkadang sangat panas bahkan hujan lebat. Ini menjadi masalah yang sangat memperhatinkan, karena mahasiswa hari ini, dengan tidak adanya keberadaan masjid, akan mengurangi kecerdasan spiritual. Artinya, Kampus UIN Imam Bonjol Padang yang ada di Sungai Bangek tanpa ada keberadaan masjid, sama dengan menghilangkan ciri khas dari UIN Imam Bonjol Padang, yang merupakan perguruan tinggi Islam, yang katanya tersohor di Sumatera Barat. Ketika semangat dan persepsi kita sama terkait dengan pembangunan masjid ini, maka kita sama-sama mendapatkan amal jariah, apabila pembangunan masjid ini terealisasi secara nyata dan bisa sama-sama dimanfaatkan fasilitasnya, untuk bagaimana mendukung ibadah dan juga pembinaan umat, khususnya di lingkungan kampus UIN Imam Bonjol Padang.