Suarakampus.com- Pasca pelaksanaan tiga ritual jelang Hoyak Tabuik Pariaman, warga gelar prosesi Basalisiah Nagari Pasa dan Nagari Subarang. Diketahui, secara historis tradisi ini muncul dari pertemuan Perang Karbala yang di pimpin oleh cucu Nabi Muhammad Saw.
Ketua Tabuik Pasa, Indra Jaya menuturkan basalisiah terjadi setelah tiga prosesi yakni Maambiak Batang Pisang, Maarak Jari, dan Maarak Saroban. “Barulah diadakan pertemuan dua suku, yang dinamakan basalisiah,” sebutnya.
“Secara historis, memang tradisi Basalisiah hanya saling dorong mendorong tanpa melukai,” ujarnya.
Kendati demikian, kata dia, lantaran yang mengikuti proses ini banyak terkadang masyarakat terbawa emosi dan terjadi hal di luar kendali. “Jadi susah untuk diarahkan, kalau ada korban palingan hanya luka ringan,” jelasnya.
Ia mengungkapkan tradisi Basalisiah dan acara puncak Hoyak Tabuik menjadi ikon yang paling ramai dilihat masyarakat. “Sesuai istilah yang kita wariskan, Pariaman tadanga langang batabuik makonyo rami,” katanya.
“Untuk itu, meskipun Pariaman ramai hendaknya setiap prosesi didukung dengan teknis dan keuangan yang baik,” sambungnya.
Ia berharap setiap pihak yang terlibat dapat mempertahankan dan mengembangkan tradisi tersebut sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat di Kota Pariaman maupun para perantau. “Semoga tradisi ini bisa menjadi obat pelepas rindu pada tanah kelahiran dan keluarga,” tutupnya. (wng)
Wartawan : Rifda Fadhilah Dzikra
Catatan Re
Berita ini diterbitkan pada Jumat (28/07) pada pukul 21.27 WIB dan direvisi oleh redaktur pada Sabtu (29/07) pukul 08.47 WIB di bagian judul karena terdapat penulisan antar kalimat yang salah. Terima kasih.