Melani Novita Sari
Mahasiswi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang
Dunia maya menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Kecanggihan teknologi yang bisa diakses oleh siapapun dan dimanapun dari berbagai kalangan di penjuru dunia ini menjadi sesuatu yang amat penting bahkan menjadi sebuah kebutuhan. Adanya akses yang mempermudah, memperdekat, dan pelayanan yang instan memberikan dampak yang signifikan terhadap tatanan kehidupan masyarakat. Dunia tidak hanya sebatas pertemuan yang biasa saja, tetapi semua kegiatan dan kreativitas mulai diabadikan lewat sosial media. Bahkan, media hiburan itu kini menjadi momok yang ditakuti oleh pihak berkepentingan sebab tidak hanya menjadi media komunikasi akan tetapi sudah menjadi media aspirasi.
Data pengguna sosial media di seluruh dunia menurut laporan We Are Social adalah 4.76 miliar pengguna artinya kurang dari 60% total populasi dunia menggunakan media sosial pada Januari 2023. Berdasarkan analisis We Are Social whatsapp menjadi media paling favorit dengan total pengguna aktif 15,8%, disusul oleh instagram dengan total pengguna aktif 14,3%, facebook menjadi favorit nomor tiga dengan persentase pengguna 14,2% beda tipis dengan pengguna aktif instagram dan Tik Tok menjadi media nomor empat favorit dengan hitungan persentase pemakai aktif 6,1%. Tidak mengherankan jika pengguna sosial media begitu banyak karena akses informasi mengikuti perkembangan teknologi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa media sosial menjadi tren kehidupan masa kini.
Memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat dan produktif adalah suatu hal yang memang sudah semestinya dilakukan. Track record digital adalah rekam jejak hidup seseorang yang dapat digali kapanpun dan dilihat oleh siapapun. Canggihnya teknologi seharusnya menjadi penunjang untuk berkarya dan berinovasi. Namun, ada juga pihak-pihak yang menggunakannya untuk hal-hal yang dinilai sampah saja. Hal ini seperti ujaran kebencian, konten-konten yang mengabaikan nilai-nilai etika, penipuan, atau hanya sekadar pembulian. Berbeda dengan lima orang anak muda yang berkarya dan mengajak masyarakat untuk peduli akan kebersihan lingkungan sekitar. Lewat media tik tok mereka berhasil menginspirasi bahkan langsung diapresiasi oleh Chief Executive Officer (CEO) tik tok yaitu Mr. Shou Zi Chew.
Benar kata Soekarno berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku guncang dunia. Ini baru lima orang pemuda dari pandawara group tetapi memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan mampu menggerakkan masyarakat. Gerakan yang mereka lakukan awalnya hanya gerakan pembersihan sampah-sampah yang ada di sungai dan lingkungan sekitar. Lama-lama konten yang dipublikasi viral dan punya banyak pendukung terhadap aksi yang dilakukan. Lewat konten yang bernuansa positif tersebut, anggota masyarakat, instansi pemerintah dan para penggiat lingkungan hadir membersamai mereka untuk mengurangi dampak pencemeran lingkungan dari sampah, khususnya pada daerah sungai dan bibir pantai.
Berdasarkan data capaian kinerja pengelolaan sampah dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) lewat hasil pengimputan data yang dilakukan oleh 279 kabupaten/kota se-Indonesia pada tahaun 2022, timbulan sampah di Indonesia 33,1 ton per tahun, persentase pengurangan sampah hanya 14,39% atau setara dengan 4,7 ton per tahun, angka penangan sampah pertahunnya hanya 49,11%, sedangkan sampah yang terkelola hanya 63,51% setara dengan 21 ton per tahun, artinya masih ada sampah yang tidak terkelola sebanyak 36,49% yaitu 12 ton per tahunnya. Tentunya angka tersebut akan mengalami peningkatan jika tidak ada kesadaran terhadap kebersihan lingkungan.
Ada banyak dampak buruk jika sampah dibiarkan berserakan atau menumpuk di lingkungan sekitar. Pertama, secara estetika tentu mata kita yang memandang akan terganggu. Kedua, pencemaran terhadap lingkungan. Hal ini sudah pasti terjadi, apalagi jika sampah tersebut adalah sampah plastik yang sulit untuk diuraikan oleh tanah dan mencemari kebersihan air. Sampah yang menumpuk di daerah sungai bisa berpotensi menyebabkan banjir. Ketiga, rusaknya citra Indonesia di kancah dunia karena sampah yang merajalela. Seperti yang kita ketahui Negara Indonesia adalah negara yang indah dan kaya akan objek wisata yang dikunjungi oleh banyak orang dari berbagai belahan dunia. Keempat, tidak menggambarkan penduduk yang mengamalkan ajaran dan tuntunan agama tentang pentingnya kebersihan rohani dan jasmani. Mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, dimana diajarkan untuk senantiasa menjaga kebersihan karena lingkungan yang bersih menggambarkan hati yang bersih. Masih ada banyak lagi dampak dari sampah yang dibuang sembarangan ini seperti sumber penyakit, polusi udara, pemanasan global, bau busuk, tempat berkembanganya kuman dan nyamuk yang membawa penyakit serta menggagu kenyamanan hidup.
Sudah saatnya Indonesia peduli terhadap masalah pencemaran, terutama pencemaran lingkungan dari sampah yang dibuang sembarangan. Tidak hanya pemerintah, tetapi seluruh penduduk Indonesia sadar akan pentingnya menjaga kebersihan dan cinta akan negeri ini. Semua kalangan baik anak-anak, pemuda dan pemudi, orang tua dan seluruhnya budayakan membuang sampah pada tempatnya. Untuk anak-anak muda yang punya sosial media ada baiknya gemar mensosialisasikan gerakan Indonesia bersih sampah. Menjadi terkenal jalur viral tentu bisa menjadi kebanggaan, tetapi bisa mensosialisasikan tentang kebersihan lingkungan dan mengajak banyak orang untuk peduli dan sadar adalah suatu prestasi dan keunikan.
Semoga lahir banyak pandawara yang peduli, aksi dan mencintai bumi. Bukan hanya eksistensi semata, sudah sewajarnya anak muda kembali bangkit dan hidup di hati masyarakat bahkan mendunia. Tidak hanya menjadi bahan viral di sosial media saja, akan tetapi mulai mengukir sejarah dengan banyak prestasi. Alangkah baiknya jika dunia viral itu bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama. Digunakan untuk membangun, memberdayakan, memotivasi, berkreasi untuk Indonesia yang bersinergi. Salah satunya untuk mensosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan dan tidak mebuang sampah di lingkungan sekitar.
Identitas Penulis
Perkenalkan nama penulis Melani Novita Sari. Kelahiran tahun 2002. Sekarang berkuliah di Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam. Sebagai seorang mahasiswa kini menetap di Sungai Bangek, Padang. Alamat penulis di Nagari Batu Bajanjang, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Penulis hanyalah perangkai aksara yang masih terus belajar merangkai diksi indah agar selalu menebar manfaat. Terkadang jalan sunyi dalam menulis sering diterpa badai kemalasan, tetapi tiada jalan sukses kecuali tertatih-tatih untuk sampai tujuan. Penulis bisa dihubungi lewat nomor 085376230518. Media sosial penulis Instagram: @aa_melanii. Untuk Watpad: @nona_aksara. Jangan lupa follow dan mari kita berteman. Salam literasi, dengan membaca kita mengenal dunia dan dengan menulis kita dikenal dunia.