Suarakampus.com– Tanamkan sikap moderasi beragama di era digital, UIN IB adakan seminar untuk hadapi tantangan beragama di era digital. Kegiatan tersebut berlangsung di Grand Zuri Hotel, Minggu(22/10).
Ketua Panitia, Abdullah Khusairi menyebutkan kegiatan ini merupakan acara tahunan wajib dari Kementerian Agama yang dimulai pada 07.30 hingga 18.30 nanti. “Seminar ini juga diikuti oleh mahasiswa UIN IB sebanyak 168 orang,” ungkapnya.
Sementara itu, selaku Pemateri Aidil Aulya mengatakan, Indonesia memiliki masyarakat majemuk dari sisi religius, karena terdapat enam agama yang diakui oleh negara. “Masing-masing orang menganut kepercayaan yang berbeda,” tuturnya.
Ia mengungkapkan banyaknya penggunaan internet di era digital tidak memungkiri seseorang mencari pengetahuan tentang agama di sosial media. “Malu bertanya, menjadikan seseorang mencari informasi di internet,” ujarnya.
Lanjutnya, maraknya penggunaan internet menjadikan tantangan dan urgensi dalam moderasi beragama, di antaranya berkembangnya cara pandang, sikap, dan praktek beragama yang ekstrim. “Banyak yang melebihkan tanpa menghiraukan martabat manusia,” lugasnya.
“Masing-masing kepercayaan menguatkan esensi beragama dalam masyarakat untuk menghindari kejadian tersebut,” sambungnya.
Tantangan kedua yang disebutkan Aidil yaitu, berkembangnya klaim kebenaran subyektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama. “Serta terdapat pengaruh kepentingan ekonomi dan politik sehingga memicu konflik,” katanya.
Kemudian, kata dia, untuk menghindari penyalahan tafsir atas agama, setiap agama harus mampu untuk mengelola penafsiran terhadap agama. “Sehingga keragaman dalam penafsiran tersebut dapat mencerdaskan kehidupan beragama,” tekannya.
Ia menuturkan tantangan ketiga dalam moderasi beragama di era digital adalah perkembangan semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Perlu menjaga dan merawat kesatuan negara,” pungkasnya.
“Pasalnya, moderasi beragama merupakan wujud damai dan toleransi untuk memajukan negara Indonesia,” tutupnya. (wng)
Wartawan: Lutfiah Tanjung