Oleh: Verlandi Putra (Mahasiswa Prodi Tadris Bahasa Inggris UIN Imam Bonjol Padang)
𝐀ku memasuki usia di mana katanya pada fase ini seseorang akan mencoba berdamai dengan keadaan.
𝐏asrah akan jalan serta takdir yang telah ditentukan.
𝐀mbisi tak lagi menggerogoti, dan kegagalan bukan lagi meruntuhkan.
𝐀dakalanya sendu menghampiri sebagai penyokong ketahanan.
𝐊amus hidup semakin bertambah lembarnya seiring dengan penerimaan.
𝐔mpama menempa bijih besi menjadi pedang kokoh; pengalaman pilu di masa lalu menjadikan atma mampu melewati sebanyak apapun permasalahan.
𝐒uara Ibu tak lagi berisi senandung penghantar tidur, namun berganti menjadi nasihat kesabaran.
𝐔capan dari manusia lain yang acap kali menebas rasa percaya diri, kini perlahan melebur seakan hanya sapaan.
𝐃ari perubahan pola pikir memberikan kelegaan napas hingga ketenangan.
𝐀nila malam kerap menemani perenungan.
𝐇arap-harap kebahagiaan akan mengelilingi nurani setelah arunika menghilang dari pandangan.
𝐃ewi Fortuna tak akan salah memilih insan untuk dititipkan keberuntungan.
𝐄nyahkan binar keputusasaan yang efemeral dari bayangan.
𝐖aktu terus berjalan, berlama menoleh ke belakang hanya akan membuang sia-sia kesempatan.
𝐀ku ingin mengawali petualangan ini dengan segenap keberanian.
𝐒esekali memang masih timbul pertanyaan dalam benak yang saat ini belum kujumpai titik jawaban.
𝐀kankah aku mampu melewati masa pendewasaan?