Oleh: Nada Andini
Mahasiswa Hukum Keluarga UIN Imam Bonjol Padang
Sela-sela tenggelamnya sang fajar sayup ku dengar langkah kaki
Entahlah langkah kaki siapakah itu?
Tertatih-tatih menanti disudut malam
Menapaki setiap bangunan persegi mengharap barang bekas
Tak urungkan hati mencari sesuap nasi
Emperan demi emperan dijajaki menelusuri negeri entah berentah ini
Pagi hari dilalui, ditemani suara cacing-cacing perut
Hingga matahari naik ke ubun-ubun memancarkan cahaya teriknya
Tak kunjung dapati sesuap nasi terus putari bundaran kota ini
Siang pun berganti gelapnya malam
Tergopoh-gopoh mencari persinggahan melepas penat dan dahaga
Ternyiang ada makhluk yang menanti kepulangannya
Menanti dengan perut kosong urungkan diri dari peristirahatan
Kokoh pundak menopang ribuan bahkan jutaan beban
Mendayung pedal tanpa henti
Pagi petang tak jadi penghalang mencari rezeki
Mengais barang bekas ke tiap pembuangan penuh serangga
Tak ada kata jijik dan letih yang terpatri di relung hati
Berjuang tanpa henti tanpa ada yang tau pasti perihnya hati
Surantih, 12 Januari 2022