Suarakampus.com- Rangkaian awal kegiatan Dies Natalis ke-55, UIN Imam Bonjol Padang mengadakan bedah buku berjudul Mengelola Harapan. Buku karangan Direktur Dikti dan Iptek Bappenas RI, Tatang Muttaqin tersebut dibedah dalam diskusi di Aula Mansur Dt. Nagari Basa, Jumat (19/11).
Ketua Panitia Dies Natalis, Ahmad Wira mengatakan pesan buku ini sesuai dengan visi misi UIN IB untuk menjadi kampus yang kompetitif di ASEAN tahun 2037. “Buku ini telah merefleksikan upaya yang harus dilakukan untuk mampu menjadi unggul,” katanya saat diwawancarai suarakampus.com.
Lanjutnya, buku tersebut menjelaskan arti penting ilmu pengetahuan, skill dan akhlak yang sangat kompleks jika diterapkan di UIN IB. “Buku ini sangat tepat dibahas karena kita tidak hanya mengkaji ilmu pengetahuan, tapi juga memperbaiki akhlak mahasiswa,” ucap Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam itu.
Rektor UIN IB Martin Kustati menuturkan, buku Mengelola Harapan menyuguhkan segudang motivasi. “Buku ini menginspirasi dan mengajarkan bahwa kegagalan merupakan proses menuju kesuksesan,” tuturnya.
Katanya, buku ini juga memperlihatkan setiap manusia mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Untuk itu, ia berharap bedah buku tersebut bisa mengedukasi civitas akademika. “Semoga edukasi ini bermanfaat untuk kemajuan UIN IB ke depannya,” harapannya.
Sementara itu, Tatang Muttaqin menjelaskan bahwa buku yang ia tulis tidak berbentuk karya ilmiah, karena menurutnya tulisan karya ilmiah tidak begitu disukai mahasiswa saat ini. “Sekarang orang lebih menyukai tulisan yang ringan seperti fiksi maupun nonfiksi,” jelasnya.
Meski demikian, dirinya tetap menyertakan data dalam setiap cerita yang disampaikan, di mana berbicara terkait aset sosiologis yang dimulai dari edukasi untuk para perempuan. Sehingga katanya, sedikit banyaknya bisa mengedukasi ibuk-ibuk dalam mendidik karakter anak.
“Buku ini diangkat dari jurnal internasional dan menceritakan kehidupan seseorang dari berbagai belahan dunia,” terangnya.
Kemudian ia menuturkan buku tersebut mengajarkan nilai-nilai keIslaman dengan moderasi beragama. “Agama tidak hadir untuk saling menyerang, namun untuk merangkul,” tutupnya. (ulf)
Wartawan: Firga Ries Afdalia