Suarakampus.com- Beberapa daerah di Indonesia sudah memberlakukan sekolah tatap muka, termasuk Sumatera Barat (Sumbar). Kegiatan belajar mengajar sebelumnya sempat dilangsungkan secara daring akibat pandemi sejak pertengahan Maret tahun lalu.
Menanggapi hal ini Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Duski Samad mengatakan, pembelajaran secara luring di masa pandemi harus memperhatikan tiga hal penting. “Di antara tiga hal itu seperti kesiapan sekolah dalam pembelajaran, kontrol kesehatan yang kuat, serta kesediaan orang tua,” katanya saat diwawancarai tim suarakampus.com, Rabu (06/01).
Duski menilai jika semua pihak beritikad baik mendukung jalannya pendidikan tidak akan ada generasi yang hilang. “Maka dari itu kita perlu bersama-sama mendukung belajar tatap muka dengan tetap memperhatikan pertimbangan dari tenaga kesehatan,” ujarnya.
Lanjutnya, terkait efektif atau tidaknya proses pembelajaran di tengah pandemi itu tergantung guru yang mengajar. “Pendidikan akan berjalan efektif jika guru yang mengajar kuat,” tambahnya.
Sementara itu, Dosen Psikologi UIN Imam Bonjol Rahmadianti mengatakan, pelaksanaan sekolah tatap muka masih menimbulkan kekhawatiran, “Kondisi pendemi belum tuntas dan masyarakat banyak belum mematuhi protokol kesehatan sehingga memicu timbulnya kekhawatiran,” ungkapnya.
Lanjutnya, pihak sekolah dan dinas pendidikan perlu merancang manajemen kelas yang baik serta kurikulum yang sesuai. “Dalam menjalankan protokol kesehatan sekolah harus menyediakan tempat cuci tangan, menerapkan jaga jarak, menerapkan kelas bergantian serta mengecek suhu tubuh siswa secara berkala,” tambahnya.
Kemudian ia berharap dengan dibukanya sekolah tatap muka, guru tidak memberikan tugas yang membuat siswa berkerumun. “Saya berharap sekolah tatap muka tetap dilakukan dan semua pihak yang terlibat dapat membiasakan diri dengan pola kehidupan baru sekarang,” pungkasnya.
Wartawan: Rinta Farianti dan Salsabila Aulia Putri (Mg)