Catat, Lima Etika Memberi Nasihat

Seorang kakek sedang menasihati cucunya (sumber: pixabay.com)

Suarakampus.com- Memberi atau mendengarkan nasihat sudah menjadi hal yang lumrah. Namun dalam penerapannya, terkadang banyak orang menggunakan kata-kata yang tidak pas atau bahkan menyinggung orang yang dinasihati, karena tidak tahu tata cara yang baik dalam menasihati orang lain.

Akibatnya nasihat yang terlontar tidak membawa impact dan terkesan sia-sia. Hal ini bukan karena isi nasihatnya yang salah, namun cara penyampaiannya dinilai tidak tepat baik itu waktu ataupun kondisi psikologis orang yang dinasihati.

Agar nasihat dapat bermanfaat, berikut ada beberapa adab memberikan nasihat yang dilansir dari beberapa sumber:

Ikhlas dalam Memberi Nasihat

Sebelum memberikan nasihat hendaknya introspeksi diri terlebih dahulu, apakah tidak ada niat lain dalam artian benar-benar berharap mendapatkan balasan dari Allah semata, terlepas dari kewajiban yang tengah diemban.

Terpenting tujuan dari nasihat tidak untuk riya, apalagi sekedar menjatuhkan orang yang dinasihati dengan niat mempermalukannya.

Sampaikan Nasihat dengan Cara yang Baik

Sudah menjadi sifat alamiah seseorang untuk mendengarkan orang lain yang tutur katanya penuh dengan adab seperti tidak membentak atau menghardik. Begitu pula pada saat memberikan nasihat, tentu tutur kata sangat perlu diperhatikan. Jangan sampai nasihat yang diberikan malah menyakiti perasaan orang lain.

Selain itu, akan sangat baik nasihat disampaikan dengan hal-hal yang logis, dalam artian bisa mudah dipahami oleh orang yang diberi nasihat. Misalnya sampaikan apa saja kesalahannya dan berikan solusi bagaimana cara memperbaikinya.

Orang yang Dinasihati Sedang Sendirian

Saat sendirian orang akan lebih mudah menerima nasihat, karena umumnya seseorang akan malu dan tidak menyukai jika dinasihati di depan umum, begitu juga sebaliknya.

Perhatikan Kondisi Orang yang Akan Dinasihati

Ketika ingin menasihati orang lain, kita harus memperhatikan kondisi orang tersebut. Jika ia sedang kalut atau sedang bersama rekan serta karib kerabatnya, maka nasihat yang diberikan tentu tidak efektif, bahkan ditakutkan menyinggung perasaannya.

Selain itu, pemberi nasihat juga perlu memperhatikan perasaan, pekerjaan dan permasalahan yang dihadapi orang yang akan ia nasihati untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Jangan Lupa dengan Nasihat Sendiri

Umumnya masyarakat Indonesia lebih memandang teladan orang yang memberi nasihat dibandingkan nasihatnya, walaupun hal tersebut tidak selalu baik. Namun karena karakter masyarakat seperti itu, maka sangat penting untuk si pemberi nasihat dalam menjaga nama baiknya agar nasihatnya mudah diterima.

Sehingga ia tidak termasuk golongan yang menyuruh berbuat kebaikan, sedangkan dirinya sendiri tidak mengerjakannya, jadi nasihat ibarat cermin yang memantul menjadi dua sisi. (rta)

Penulis: Ulfa Desnawati

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

1WIN COM Букмекерская контора 1вин: обзор, официальный сайт, бонусы, плюсы и минусы

Next Post

Sema UIN IB Kritisi Mekanisme Pembentukan BPUM

Related Posts
Total
0
Share