Suarakampus.com- Pernyataan Sekretaris Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi yang mengatakan kuliah merupakan kebutuhan tersier, muncul perdebatan dari beberapa pihak. Salah satunya tanggapan dari Cendekiawan Muslim, Ismail Yusanto.
Ismail Yusanto mengatakan mengacu kepada ketentuan mengenai wajib belajar 12 tahun itu administratif ketentuan substansial tentang pentingnya pendidikan. “Seperti ada Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA),” sebutnya.
Lanjutnya, pendidikan itu merupakan kebutuhan asasi. “Kepentingan dasar dari masyarakat,” tegasnya.
Kemudian, ia menjelaskan pemahaman tentang pentingnya pendidikan tinggi merupakan kebutuhan tersier itu salah besar, tentu harus dipersoalkan. “Tujuan bernegara kan mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama dalam bidang pendidikan,” ujarnya.
Ismail mengatakan adanya kebijakan ini dikarenakan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). “Sebuah negara maju itu bukan karena fasilitas atau sarananya tetapi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul ,terutama di bidang pendidikan dan kesehatan,” pacarnya.
Lanjutnya, alokasi yang paling penting di dunia perkuliahan itu adalah menciptakan situasi yang konduktif. “Jika ada pungutan mestinya tidak tinggi, dan kalau tidak gratis setidaknya terjangkau oleh masyarakat,” katanya.
Selanjutnya, ia menyampaikan negara ini memiliki sumber ekonomi yang luar biasa untuk bisa memberikan kesejahteraan bagi rakyat tetapi semua itu luput. “Karena Sumber Daya Alam (SDA) disalahgunakan,” katanya. (hkm)
Wartawan: Fitri Suhama (Mg)