Suarakampus.com- Menginjak usia dua dekade, Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Padang, menggagas tema “Dedikasi Tanpa Henti” melalui diskusi publik. Acara yang diadakan di hotel Pangeran City Padang, mengupas perjalanan dan kontribusi organisasi dalam menjaga independensi jurnalisme yang bebas dan bertanggung jawab, Minggu (26/01).
Salah satu pengisi diskusi yang merupakan pengawas AJI sampai saat ini, Ocha, mengatakan situasi perjalanan AJI dari dua dekade yang lalu sampai sekarang berbeda dengan adanya perkembangan media.
Dahulu bisa menggunakan iklan di media cetak yang sangat diminati, contohnya seperti koran lokal. Namun, semakin lama komunitas jadi berkurang, hingga dominan menggunakan media digital. “Kondisi pers sudah berbeda jauh dari sekarang, jadi kita harus beradaptasi dan beralih kepada digital,” ungkapnya dalam diskusi tersebut.
Kondisi yang harus diperjuangkan dengan nilai demokrasi dapat kita perjuangkan dengan organisasi AJI. “Hari ini dengan dua puluh tahun yang lalu itu sama, kondisi ekosistem medianya yang sangat jauh berbeda,” tambah Ocha.
Dalam media digital sekarang, penggunaan teknologi cepat beradaptasi dengan masyarakat. Artifical Inteligent atau AI, sering digunakan untuk mempermudah dalam mencari dan mengerjakan sesuatu.
Sehubungan dengan itu, Ketua AJI Padang, Novia Harlina, menyampaikan AI dalam beberapa tahun terkhir menjadi tantangan tersendiri bagi dunia jurnalis, karena konten AI bisa lolos di beberapa media. Namun, dewan pers sudah mengeluarkan panduan bagi jurnalis dan perusahaan pers untuk pemakaian AI.
Konten yang dihasilkan oleh AI dibawah panduan dewan pers, harus tetap di dalam pengawasan editor dan sesuai kaidah jurnalistik. Hasil konten yang dibuat harus dicantumkan bahwa sumbernya dari AI. “Dewan pers tidak melarang penggunaan AI, asal sesuai kaidah jurnalistik,” ujar jurnalis Liputan6 tersebut.
Selanjutnya ia mengatakan, kita tidak bisa menahan laju perkembangan teknologi, namun dapat dilakukan dengan memastikan dan memperkecil kesalahan dari AI hingga ditayangkan ke publik. “AI mempermudah kerja redaksi, namun tetap berada pada kode etik jurnalistik.”
Diskusi juga berlangsung dengan tanggapan dari beberapa tamu undangan terkait perkembangan media digital dan kebebasan pers. Salah satunya, Ex direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) pers, Roni, mengatakan, dulu kita dipaksa untuk menulis, mencari berbagai referensi, tidak seperti sekarang yang bisa memakai AI.
Tantangan dari media sosial saat ini yaitu informasi berjalan lebih cepat, pimpinan media harus mengambil peran besar untuk memastikan perjuangan pers berjalan. “Karena sekarang media berhadapan dengan kekuasaan, namun media juga harus menyampaikan informasi dengan benar dan tepat,” ucapnya.
Peran pers sangat dibutuhkan dalam lingkungan kampus, karena mahasiswa yang serba instan membuat banyak perubahan pada media.
Selain itu, pers juga memiliki tantangan dari suara masyarakat yang jarang dapat ruang dalam pemberitaan. Suara yang tidak terfasilitasi tersebut juga memerlukan peran AJI Padang.
Diakhir diskusi, Novi mengatakan banyak masukan bagi AJI Padang dalam meningkatkan kualitas dari karya jurnalistik. Indeks Kemerdekaan Pers yang rendah pada tahun 2024, juga menjadi refleksi kita bersama untuk berjuang. “berbagai tantangan tersebut menjadi catatan bagi AJI Padang,” tutupnya. (Red)
Wartawan : Siska Maharani