Suarakampus.com- Berlangsungnya demonstrasi di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatra Barat, meningkatkan omzet pedagang kaki lima. Hal tersebut menjadi keberkahan tersendiri bagi pedagang di lokasi aksi.
Pedagang air tebu Rama Fajri mengatakan, pendapatan mengalami peningkatan dari hari-hari biasanya, lantaran adanya aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa. “Kalau di hari biasanya penghasilan sehari itu kisaran Rp 300.000 namun, ketika aksi mencapai Rp 700.000 sehari,” katanya, Rabu (07/09).
“Karena kalau hari biasakan pembelinya hanya warga sekitar sini saja jadi, tidak sebanyak saat ini juga,” tambahnya.
Lanjutnya, walaupun adanya peningkatan kapasitas pembeli akan tetapi, sebagai penjual penetapan harga tidak mengalami perubahan tetap seperti biasanya. “Saya tetap pertahankan harga jual biasa satu porsinya Rp 5.000, tanpa ada perubahan sedikitpun,” ucapnya kepada suarakampus.com.
Kemudian, kata dia tuntutan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilayangkan oleh mahasiswa tersebut didukung penuh oleh masyarakat, hal tersebut juga berdampak buruk pada kelanjutan hidup masyarakat. “Aspirasi mereka juga mewakili suara kami pedagang yang harus menggunakan motor untuk jualan keliling,” pungkasnya.
“Tentu kenaikan harga BBM tersebut menjadi masalah besar buat kami,” sambungnya.
Sama halnya dengan Das pedagang air tebu menuturkan, bahkan peningkatan pendapatan pedagang bisa berlangsung dalam hitungan jam saja.
Menurut dia, dengan adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM tersebut, tentu pedagang memutar akal untuk menyeimbangkan pengeluaran dengan pendapatan agar tidak rugi.
“Kenaikan harga BBM tersebut berdampak dengan harga jualan yang saya tetapkan. Biasanya saya menjual dengan harga Rp 5.000 sekarang saya naikkan Rp 6.000 satu porsinya,” jelasnya.
Sementara itu, kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh pedagang air minuman Jamalis, ia awalnya menjual telur gulung lalu menukar menu jualannya dengan air botolan saat demo berlangsung. “Melihat situasi dan menimbang-nimbang juga akhirnya saya memutuskan mengalihkan dagang ke air mineral,” sebutnya.
Jamalis menjelaskan, harga BBM yang melonjak tinggi dan harga bahan pokok juga turut naik mengakibatkan, banyak pedagang yang berusaha menaikkan harga dagangannya. “Melihat keadaan sekarang saya ikut menaikkan harga jualan namun, akhirnya dagang saya sepi pembeli,” terangnya.
Ia berharap, aspirasi yang diusungkan oleh mahasiswa tersebut bisa cepat terkabulkan dan harga BBM cepat stabil sehingga, aktivitas perdagangan kembali seperti dulu lagi. “Semoga harga BBM kembali normal agar semuanya berjalan stabil,” harapnya. (ndn)
Wartawan: Idhar Rahman, Yogi Saputra (Mg)