Suarakampus.com- Riset menyatakan rendahnya persentase kapasitas jurnalis dalam meliput Pemilu 2024. Hal ini disampaikan langsung oleh Engelbertus Wendratama, dalam diskusi publik yang digelar oleh AJI Indonesia via zoom meeting, Senin (12/02).
Berdasarkan pemaparan Bertus, diketahui bahwa hasil survei menyatakan persentase media daring sebanyak 63,1 persen, media cetak 13,2 persen, televisi 11,2 persen, rafio 4,3 persen, dan lintas platform mencapai 8,2 persen.
Dari hasil survei tersebut juga diketahui bahwa jabatan reporter meningkat sebanyak
67,6 persen, editor, produser, dan redaktur 16,7 persen, pemimpin redaksi 4,8 persen, penyiar presentasi atau host 2,0 persen, redaktur pelaksana 2,5 persen, serta pemeriksa fakta 0,5 persen.
Ia menyebutkan, berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh tim mereka, jurnalis menggunakan teknologi modern melalui fitur verifikasi dua langkah (two step verification) dari dasar 29,8 persen, menengah 41,5 persen, lanjut 24,8 persen, dan 3,8 persen tidak tahu. “Saat ini, rata-rata kapasitas pengetahuan jurnalis terhadap penggunaan teknologi masih terbilang rendah,” pungkasnya.
Lanjutnya, ia menuturkan tujuan dari riset ini ialah untuk mengidentifikasi pengetahuan dan kecakapan digital jurnalis, pemahaman jurnalis tentang pemilu 2024, dukungan perusahaan media terhadap jurnalis dalam peliputan pemilu 2024. “kami perlu mengidentifikasi kondisi ketenegakerjaan jurnalis dalam konteks peliputan Pemilu 2024,” ujarnya.
Kemudian, Ia menegaskan kapasitas jurnalis yang paling menonjol ialah etika jurnalisme. “Terutama sangat minimnya penghormatan terhadap prinsip pagar api yaitu antara berita dan iklan,” tutupnya. (rhm)
Wartawan : Najwalin Syofura (Mg)