oleh : Kamelia (Mahasiswi Manajemen Pendidikan Islam UIN Imam Bonjol Padang)
Pendidikan adalah hal yang terpenting bagi setiap individu untuk meningkatkan pengetahuannya. Pendidikan merupakan sesuatu yang dapat membantu setiap individu dalam berkembang, baik secara jasmani maupun akal. Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu kunci keberhasilan dan kemajuan suatu negara, yang dapat menumbuhkan kepribadian bangsa, memperkuat jati diri bangsa serta memperkuat identitas nasional.
Namun pertanyaannya, apakah pendidikan saat ini sudah mencapai keberhasilan tersebut? saya rasa masih sangat jauh dari kata itu. Karena seperti yang kita ketahui dan lihat saat ini, banyak sekali anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan, yang seharusnya mereka dapatkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam permasalahan, salah satunya yang paling signifikan ialah masalah keuangan.
Indonesia merupakan negara yang terkenal kaya akan sumber daya alamnya, namun meskipun negara ini sangat kaya akan sumber daya alam, tidak sedikit pula rakyat yang hidupnya serba kekurangan bahkan sampai mati kelaparan. Banyak sekali anak-anak yang putus sekolah, karena orang tua mereka tidak mampu membiayai sekolahnya. Sangat disayangkan, hal yang seharusnya sangat di perhatikan oleh pemerintah, namun malah dibuat semakin sulit. Seperti yang sedang hangat dibicarakan saat ini, bahkan organisasi BEM pun angkat bicara dan mengajak seluruh Mahasiswa Indonesia, untuk melakukan aksi demo terhadap pemerintah.
Demontrasi ini menyuarakan banyak hal, terutama tentang pendidikan. Seperti pemangkasan anggaran pendidikan, yang akan berdampak kepada pendidikan anak-anak, terutama bagi yang menempuh pendidikan menggunakan beasiswa, baik itu beasiswa akademik maupun non akademik. Pemangkasan anggaran pendidikan yang tidak sedikit, dimana Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mengalami pemangkasan sebesar Rp. 7,272 triliun, sedangkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi terkena pemangkasan sebesar Rp. 56,607 triliun.
Hal ini jelas telah melanggar konstitusi dan juga melumpuhkan tujuan negara, sebagaimana yang terdapat dalam UUD 1945 Alinea ke empat yang berbunyi “Mencerdaskan kehidupan bangsa.” Efesiensi anggaran pendidikan ini akan berdampak negatif bagi negara, dimana banyak siswa-siswa pintar dan berbakat terancam putus sekolah. Dana pendidikan yang dibatasi akan menghambat tercapainya cita-cita bangsa, dan akan sangat merugikan negara. Sepertinya hal ini dilakukan pemerintah karena takut terhadap kaum pelajar, yang mampu merubah situasi. Seperti pada masa kolonialisme, pendidikan pada masa itu lahir karena pergerakan nasional, termasuk Politik Etis yang melahirkan kaum-kaum terdidik dan terpelajar yang mampu merubah situasi.
Pemangkasan anggaran pendidikan di tahun 2025, pada dasarnya merupakan praktik kolonialisme baru. Pemangkasan anggaran ini akan membuat banyak anak-anak yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu terancam putus sekolah. Sebuah ironi apabila pendidikan di Indonesia pada akhirnya hanya bagi orang-orang kelas atas, karena mereka mampu membayar. Hal ini hanya akan berakibat ditutupnya sekolah, karena tidak adanya perhatian dan intensif dari pemerintah.
Melihat situasi saat ini, sudah seharusnya pendidikan di Indonesia kembali kepada konsep berdikari. Konsep ini menantang setiap dunia pendidikan untuk mampu bertahan dalam pengelolaan dana secara mandiri. Tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah, mencerdaskan masyarakat yang kurang mampu, namun melihat situasi saat ini sungguh suatu hal yang sangat mustahil.
Peran partisipasi kita sebagai anak muda penerus bangsa adalah, mampu melihat ke depan bagaimana pendidikan kita yang sangat tidak mudah. Kita melihat bahwa pemangkasan anggaran tidak hanya berpengaruh pada pengembangan, tetapi juga berdampak pada semakin sulitnya aksesibilitas pendidikan bagi masyarakat kurang mampu. Sepertinya, prinsip berdikari di dalam dunia pendidikan akan menjadi suatu hal yang baru, agar pendidikan ini bisa tetap utuh untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, di tengah sistem pendidikan nasional Indonesia yang hampir memasuki masa kolonialisme barunya.