SuaraKampus.com– Mantan Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Imam Bonjol (IB) 2025 sekaligus Koordinator I BEM Sumatera Barat, Nofalsyah, menilai kebijakan Prabowo-Gibran dinilai merugikan masyarakat sehingga memicu aksi “Indonesia Gelap” oleh mahasiswa se-Indonesia. Aksi protes tersebut menuntut revisi kebijakan kenaikan PPN 12%, kelangkaan gas elpiji, dan efisiensi anggaran yang berpotensi mengurangi akses pendidikan bagi kaum kurang mampu.
Koordinator BEM Sumbar itu menyatakan, kebijakan pemerintah dinilai tidak mempertimbangkan dampak sosial terhadap masyarakat. “Kebijakan Prabowo-Gibran justru membebani rakyat,” tegasnya dalam wawancara dengan Detak Sumbar, Kamis (20/02/2025).
Nofalsyah memaparkan, tiga isu utama yang memantik protes adalah rencana kenaikan PPN, kelangkaan gas elpiji, dan efisiensi anggaran pendidikan. “Masyarakat belum tenang dari isu PPN 12%, lalu dihantam kelangkaan elpiji dan pemotongan anggaran,” ujarnya.
Mantan aktivis itu menjelaskan, efisiensi anggaran berisiko mengancam program beasiswa dan masa depan mahasiswa kurang mampu. “Jika kebijakan ini diteruskan, cita-cita mereka bisa hancur,” tambahnya.
Nofalsyah menekankan, mahasiswa tidak anti-program Makanan Bergizi Gratis (MBG) asalkan disertai riset mendalam. “MBG harus tepat sasaran, bukan sekadar janji kampanye,” tegasnya.
Ia menambahkan, tuntutan utama aksi adalah pendidikan gratis bagi seluruh lapisan masyarakat. “Kami ingin pendidikan dijamin negara, bukan hanya makanan,” ungkap Koordinator BEM Sumbar tersebut.
Terkait MBG, Nofalsyah mengingatkan agar program itu tidak menjadi alat politisasi. “Jangan sampai anggaran MBG diselewengkan oknum tidak bertanggung jawab,” imbuhnya.
Aktivis asal Sumatera Barat itu juga menyoroti peran DPR yang dinilai tidak aspiratif. “DPR jangan hanya jadi corong pemerintah, tapi harus mendengar rakyat,” serunya.
Nofalsyah berharap, aksi Indonesia Gelap menjadi momentum perubahan menuju Indonesia Emas. “Kesehatan dan pendidikan harus diutamakan untuk masa depan bangsa,” pungkasnya.
Menurutnya, gerakan mahasiswa muncul dari kepedulian terhadap ketimpangan kebijakan pemerintah. “Kami tidak bisa diam melihat rakyat semakin terpuruk,” tutup Nofalsyah. (ver)
Wartawan: Kamelia (Mg)