Suarakampus.com– Film Buya Hamka yang disutradarai oleh Fajar Bustami, menceritakan kisah perjalanan yang menginspirasi. Film tersebut akan segera tayang di bioskop seluruh Indonesia, (25/03).
Selaku pemandu, Erick Yusuf menuturkan pemutaran trailer dan behind the scene film Buya Hamka, menceritakan gambaran proses kehidupan orang minang, yang dijalani oleh sosok Hamka. Film tersebut digagas karena perjalanan hidup yang tidak mudah, mulai dirinya menjadi seorang Ulama di Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga menemukan sosok yang menjadi pendamping hidupnya. “Dari tahun 2014 perjalanan film ini sudah mulai dibentuk,” ujarnya.
Lanjutnya, film tersebut menceritakan tentang perjuangan Hamka merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Bangsa Belanda. Perjuangan tersebut berlangsung bahkan sampai setelah Indonesia merdeka, yaitu era pemerintahan Presiden Soeharto. “Tahun 1908 beliau menikah, hingga perjuangannya pada era Soeharto tahun 1981,” ungkapnya.
Kemudian, kisah Hamka yang akan dijadikan film tersebut berdurasi selama 8 jam, dan dibagi menjadi 3 bagian film. “Film Buya Hamka ini awalnya 2 film, namun proses pembuatannya tidak cukup, maka diputuskanlah menjadi 3 film,” jelasnya.
Sutradara film Buya Hamka, Fajar Bustami menjelaskan film tersebut dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pertama mengangkat cerita Hamka setelah menikah. Mengisahkan kesabaran dan cobaan yang ditemui melebihi fitrah seorang manusia. “Kisah yang begitu berat, dipertemukan dengan sosok Hamka yang hebat,” ucapnya.
Sambungnya, Fajar mengungkapkan bagian film kedua bercerita tentang Indonesia setelah merdeka, di bawah pemerintahan Presiden Soekarno sampai akhirnya Hamka diangkat menjadi Ketua MUI. “Di tahun 1974, Hamka diangkat menjadi ketua MUI pertama,” katanya saat menceritakan alur film Buya Hamka.
Sementara itu, bagian film ketiga bercerita tentang perjalanan Hamka dari lahir sampai berangkat haji sendiri, yang menjadi inspirasi masyarakat muda. Dalam film tersebut bukti bahwa sukses dsn membanggakan orang tua tidak boleh menjadi seorang yang cengeng dan mudah putus asa. “Hamka membuktikan kesungguhannya dalam mencapai cita-cita,” sebutnya.
Senada dengan itu, dia bercerita perjalanan membentuk film Buya Hamka digagas oleh ulama-ulama MUI bersama salah satu produksi starvision, yang dipimpin oleh seorang muslim. Proses pembuatan skenario film tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2014-2018 lalu. “Film ini merupakan film terbesar yang pernah saya buat,” pungkasnya.
“Film ini harus dibuat sebaik mungkin, karena banyak pelajaran yang dipetik di dalamnya. Film jni kami hadiahkan untuk para ulama MUI, warga Sumbar, dan Rakyat Indonesia,” tambahnya.
Lalu, Fajar mengatakan Budaya Minangkabau telah membentuk karakter hebat seperti sosok Hamka, dan juga tokoh Minang lainnya yang turut berjuang merebut kemerdekaan Indonesia. “Selama syuting di Sumbar, kami melihat benar bahwa orang Sumbar ini hebat-hebat,” tuturnya.
Kemudian, sebanyak 3 milyar dana yang dikeluarkan untuk proses make up yang diperankan oleh Vino G. Bastian supaya mirip dengan Hamka. Film tersebut akan tayang 20 April 2023 setelah 4 tahun syuting. “Film itu akan menunjukkan siapa orang Minang sebenarnya,” ucapnya.
“Saya sempat ingin berhenti dari film ini, karena ilmu saya sedikit sekali tentang agama. Kemudian saya bersemangat melanjutkan, karena teringat salah satu buku Hamka yang mengatakan bahwa berdakwah tidak harus di Masjid, tapi juga bisa melalui sebuah film,” pesannya.
Fajar Bustami berharap kepada warga Sumbar, Gubernur, dan juga seluruh rakyat Indonesia agar setelah menonton film tersebut kembali mengikuti jejak Buya Hamka yang penuh inspirasi. “Semoga film ini memotivasi semua kalangan,” tutupnya. (una).
Wartawan : Zulis Marni, Rifda Fadhilah Dzikra (mg), dan Ummi Nadia (mg).