Gebrakan Baru dan Sekelumit Kisah PPL Mahasiswa KPI Jadi Youtuber

Gedung Akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Foto: Hungri/suarakampus.com)

Suarakampus.com- Praktek Profesi Lapangan (PPL) Mahasiswa Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) tahun ajaran 2020/2021 telah usai. PPL yang dilaksanakan secara online tersebut meninggalkan banyak catatan tersendiri bagi proses akademik di UIN Imam Bonjol Padang.

Berbeda dari tahun sebelumnya, di mana mahasiswa KPI yang biasanya melakukan PPL di berbagai instansi. Kali ini mereka dituntut lebih kreatif untuk menjadi seorang konten kreator, dengan memanfaatkan aplikasi Youtube sebagai wadah pengumpulan karya.

Mahasiswa KPI dituntut untuk membuat sembilan konten dalam kurun waktu tiga bulan. Adapun kategori konten untuk PPL tersebut, di antaranya video liputan, video sosok dan dokumenter.

Penerapan metode PPL itu bukan tanpa sebab, mengingat situasi pandemi yang belum bisa terkontrol, sehingga banyak instansi yang tidak mengizinkan untuk menggelar program PPL mahasiswa di tempatnya.

Awal Terbentuknya Metode PPL Youtube


Pada 08 September 2020, panduan khusus PPL Prodi KPI dikeluarkan oleh pihak Akademik FDIK. Sontak hal itu menimbulkan pro dan kontra di kalangan mahasiswa, karena PPL dengan metode tersebut merupakan hal yang baru bagi mereka.

Dalam surat panduan tersebut, tertera poin-poin dasar pemikiran diadakannya metode PPL ini. Di antaranya dalam suasana Waspada Covid-19, kegiatan praktikum sebagaimana selama ini dilaksanakan di lembaga media massa, lembaga kehumasan, dan lembaga lain yang setara, tidak mungkin dilaksanakan. Selain itu, surat panduan tersebut juga menjelaskan bagaimana mekanisme pelaksanaan dan penilaian PPL Prodi KPI.

Surat Pedoman PPL Prodi yang dikeluarkan Pihak Akademik FDIK

Namun, pada tanggal 14 September 2020, sejumlah mahasiswa sempat melakukan audiensi ke pihak akademik FDIK. Mereka menuntut pihak fakultas untuk mengklarifikasi kembali dalam mengadakan PPL Youtube ini. Akan tetapi, usaha audiensi mahasiswa tidak diterima pihak kampus dan PPL secara online tetap berjalan.

Ditanyai perihal metode PPL ini, Ketua Prodi KPI, Usman mengatakan pihak pimpinan kampus sangat menyetujui metode PPL ini. Katanya, mahasiswa dapat melaksanakan praktek dan berjalan seperti yang diinginkan oleh kampus.

Lanjutnya, metode PPL KPI ini memang berbeda dengan jurusan lainnya, bahkan hal ini tidak ditemui di universitas lain. “Kalau ke depannya masih pandemi, saya beserta Pak Sheiful bakal merapikan lagi PPL daring ini dengan merutinkan bimbingan kepada mahasiswa,” terangnya kepada tim suarakampus.com beberapa waktu yang lalu.

Menyinggung soal penilaian karya, Usman menuturkan pihaknya telah bekerja sama dengan lembaga media yang ditunjuk sebagai dosen pamong atau sebagai dosen reviewer.

“Sebelumnya mahasiswa PPL memproduksi video di daerah mereka masing-masing, dengan mengupload karya itu ke akun Youtube kelas. Setelah itu, kami akan menilai setiap keutuhan tema, visualisasi, jumlah produksi, durasi, jumlah viewer, jumlah subscribe channel hingga kerja sama dan kolaborasi dari seluruh anggota kelas,” paparnya.

Selaku Dosen Pembimbing PPL, Sheiful Yazan menjelaskan ada tiga kategori karya mahasiswa yang wajib diberikan ke pamong, yakni video karya liputan, iklan layanan masyarakat dan tutorial. “Pamong dari berbagai media tersebutlah yang akan memberi bimbingan, masukan dan nilai sementara kepada mahasiswa,” ucapnya.

Ia berharap dengan adanya PPL seperti ini menjadi tantangan mahasiswa dalam menghadapi revolusi industri 4.0. “Mahasiswa harus bisa hidup di ranah internet mengingat saat ini sangat dibutuhkan. Semoga karya yang dihasilkan mahasiswa tersebut dapat berguna bagi penikmatnya,” harap Dosen FDIK itu.

Cerita dan Respon Mahasiswa


Selama tiga bulan berproses dari pra-produksi, produksi hingga pasca produksi dari mahasiswa, tim suarakampus.com mencoba merangkum beragam respon yang dirasakan mahasiswa saat menjalankan PPL ini.

Salah satu akun Youtube Kelas di Prodi KPI

Salah seorang Mahasiswa KPI, Tika mengungkapkan banyak mahasiswa yang terkendala karena keterbasan alat dan sarana untuk membuat konten. “Saya terkendala karena handphone tidak memadai untuk proses pengeditan video,” katanya.

Lain halnya dengan Tika, Muhammad Yasir menerangkan PPL tahun ini menjadi memang menjadi wadah mahasiswa untuk bisa lebih kreatif dan idealisme dalam memikirkan konten-konten yang akan dibuat. “Namun cukup disayangkan sebagian besar mahasiswa tidak dibimbing begitu baik oleh dosen maupun pamongnya,” ungkapnya.

Ia mengatakan PPL secara online ini kurang efektif dilakukan karena ada ilmu tersendirinya yang diperoleh mahasiswa ketika mengadakan PPL seperti biasa. “Terkait produksi video dan konten dari mahasiswa ini hendaknya pihak kampus sudah menerapkannya sejak awal semester,” jelasnya, Selasa (26/01).

Muhammad Fadhil menjelaskan PPL seperti ini minim akan pembelajaran yang didapatkan. Menurutnya, mahasiswa dikhawatirkan tidak mempunyai pengalaman yang cukup mumpuni, baik itu di media, instansi maupun kelembagaan pemerintah.

Fadhil berharap ke depannya pihak kampus tidak gegabah dalam menerapkan PPL seperti ini dan kegiatan PPL ataupun magang tetap diadakan seperti biasanya. “Kendati jika masih pandemi, mahasiswa bisa melakukan PPL seperti biasanya dengan menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat,” tutupnya.

Wartawan: Yossi Yusra, Rinta Farianti dan Hungri Somi Julta

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Begini Alur Pendaftaran SPAN-PTKIN 2021

Next Post

Propaganda PPKM serta Impresinya pada Masyarakat

Related Posts
Total
0
Share