Suarakampus.com- Resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang, Hetti Waluati Triana sampaikan orasi ilmiah perihal teori Imperialisme Linguistik Minangkabau. Hal tersebut disampaikan di Gedung Islamic Center dan Multipurpose, Rabu (01/03).
Hetty mengatakan, teori Imperialisme tidak pernah digunakan dalam kajian linguistik Melayu, mulai dari kemunculan awal hingga saat sekarang. Kajian tersebut telah dilakukan oleh para ahli dari berbagai daerah di setiap negara, termasuk Indonesia dan Malaysia. “Penelitian ini masih banyak dilakukan, meskipun sudah banyak publikasi di berbagai web media,” katanya.
Lanjutnya, Hetti mengatakan semua kajian linguistik pada hakikatnya menunjukkan bahwa bahasa Minangkabau dan dialek Negeri Sembilan, merupakan dua kode bahasa yang memiliki banyak persamaan. “Ada sebanyak 25 kajian yang sudah dilakukan berdasarkan penelitian linguistik,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, istilah Imperialisme berbeda di setiap negara, yang dapat ditemui pada beberapa sumber kajian Linguistik. Perbedaan antara bahasa Minangkabau di Indonesia dan Malaysia mempengaruhi keadaan sekitar berkembangnya kebahasaan tersebut. “Perbedaan pengunaan tata bahasa dapat mempengaruhi perubahan sosial,” jelasnya.
Perbedaan pengunaan tata bahasa tersebut dapat mempengaruhi perubahan sosial, meskipun telah dipengaruhi oleh sosial budaya. Dialek bahasa Minangkabau di daerah manapun di berbagai negara, masih mencirikan gaya bahasa orang Minang. “Dialek orang Sumatera Barat maupun Negeri Sembilan masih mencirikan dialek asli Minangkabau,” tambahnya.
Sementara itu, ia menjelaskan istilah adat Minangkabau diambil dari bahasa daerah yang terdapat pada kamus besar Minangkabau. “Dapat kita simpulkan, kalau kata adat itu berasal dari bahasa Minang,” sebutnya.
Eksistensi bahasa Minangkabau sebagai refleksi implementasi Negeri Sembilan, terdapat beberapa perbedaan dengan yang ada di Sumatera Barat. Hal ini terlihat dari kebahasaan yang perlu dicermati, karena berbeda dengan dialek asli tata bahasa Minangkabau. “Imperialisme bahasa Minangkabau mengikuti pengejaan asli dialek Minang,” tutupnya. (una)
Wartawan: Nur Hikmah Nasution (Mg), Lativa Husna (Mg), dan Ummi Nadia (Mg)