Feri Saputra
(Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Imam Bonjol)
Jumlah pengangguran di kalangan sarjana di Indonesia sudah menjadi budaya Indonesia,tentu menjadi perhatian serius. Meskipun pendidikan tinggi diharapkan menjadi jalan menuju kesuksesan karier, realita menunjukkan banyaknya lulusan perguruan tinggi yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi mereka. Fenomena ini bukan sekadar masalah individu, melainkan cerminan dari sistem pendidikan dan pasar kerja yang perlu dievaluasi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2023 mencapai 5,86%, yang artinya ada lebih dari 8 juta orang yang sedang mencari pekerjaan. Ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dan lowongan yang tersedia membuat persaingan semakin ketat. Ini menjadi alasan utama kenapa banyak lulusan baru merasa kesulitan mendapatkan pekerjaan. Pada sisi lain banyak nya pekerja asing yang bekerja di perusahaan Indonesia menjadi salah satu faktor terjadinya pengganguran, sehingga membuat anak dalam negeri (pribumi) sulit untuk bersaing dan akhirnya menjadi pengganguran.
Salah satu faktor utama adalah kurikulum pendidikan tinggi dan kebutuhan industri yang tidak sesuai. Kurikulum yang menuntut terhadap perkembangan kebutuhan pasar kerja, menghasilkan lulusan yang siap kerja akan tetapi tidak diarahkan memiliki pengetahuan yang sesuai dengan bidang ditekuni. Keterampilan soft skills juga seperti komunikasi, problem-solving, dan kerja sama tim seringkali kurang diperhatikan, padahal keterampilan ini sangat penting.
Bekerja setelah mendapatkan gelar sarjana adalah harapan utama bagi setiap mahasiswa yang sedang berjuang di jenjang perkuliahan. Namun sulitnya mencari pekerjaan saat ini menjadi mimpi buruk bagi para para mahasiswa yang menghabiskan waktunya untuk kuliah selama bertahun tahun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, jumlah pengangguran di kalangan lulusan sarjana mencapai 452.713 orang. Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia untuk lulusan sarjana juga meningkat dari 4,8% pada 2022 menjadi 5,18% pada 2023.Hal ini terus berlanjut,Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada sekitar 7.465.599 pengangguran di Indonesia per Agustus 2024. 11,28% di antaranya, atau 842.378 orang, merupakan ‘sarjana pengangguran’, yaitu lulusan D4, S1, S2, dan S3. Persentase ‘sarjana pengangguran’ tahun 2024 meningkat dua kali lipat dari 1 dekade yang lalu.
Hal ini adalah masalah yang perlu diperhatikan, karena banyaknya mahasiswa yang melanjutkan pendidikannya selama bertahun tahun, tetapi setelah mengantongi gelar sarjana dia masih kesulitan untuk mencari pekerjaan. Hal ini menjadi kekhawatiran bagi para mahasiswa yang masih kuliah dan yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas.
Titik Handayani, dari Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, menyebutkan dalam hasil studi yang dirilis oleh McKinsey, UNESCO, dan ILO pada tahun 2008, banyak lulusan sarjana tidak sesuai dengan lapangan kerja. Hal ini adalah masalah yang perlu di perhatikan seseorang dan perguruan tinggi agar sebelum menempuh pendidikan tidak salah pilih. Terutama pihak kementrian pendidikan dan pihak perguruan tinggi tentunya memiliki peran agar mahasiswa dapat diarahkan dan di fasilitas untuk menentukan pilihan arah kejuruan pendidikan yang akan mereka tempuh.