Oleh: Elsa Mayora
(Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam)
Politik di tanah ini, bagai senja yang menghitam
Semakin hari, semakin mencekat leher nurani yang terpendam
Janji-janji mengalir, seperti sungai beracun
Menggiring rakyat ke jurang tanpa ampun
Di atas meja-meja megah, kursi-kursi berjubah
Negeri ini dijadikan ladang kekayaan tanpa arah
Hukum adalah pedang yang hanya menusuk si lemah
Sementara si kuat bersulang dalam pesta tanpa berkah
Pemimpin, oh pemimpin, di mana amanahmu kini?
Ketika kuasa berubah menjadi tambang emas yang berdiri
Rakyat kau jadikan pion di papan catur kekuasaan
Dipermainkan, dipertaruhkan, tanpa belas kasihan
Kemiskinan tak hanya harta, tapi juga pikiran
Di mana mimpi tertutup kabut dan kegelapan
Rakyat kecil berjuang untuk sesuap nasi
Sementara istana merayakan dengan piring berlapis emas yang berdasi
Ah, politik, wajahmu kini kian kelam
Menelan harapan dalam gelap yang mencekam
Namun, di balik kegetiran ini, ada doa-doa lirih
Yang menunggu saat keadilan datang, meski seperti angin sepoi yang letih
Kapan roda kuasa akan berputar adil?
Kapan pemimpin berdiri tanpa ego yang kikir?
Kami menunggu, dalam luka dan asa yang redup
Sampai cahaya kejujuran merekah di ufuk yang hidup