Oleh: Siti Ulami
(Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam)
Apa yang engkau tahu tentang rumah?
Tempat untuk pulang, bukan?
Tetapi bagaimana jika tak merasa pulang ketika di rumah itu?
Apakah masih disebut rumah?
Yaa, memang bisa pulang.
Hanya saja rumah itu tak layak untuk ditinggali.
Mencoba bersandar saja, terdengar retaknya.
Siapa yang akan nyaman?
Ia rapuh, tetapi tak tampak rusaknya.
Seberapa sering disapu dan dibersihkan, ia terus berdebu.
Debu itu membuat dada sesak.
Tak apa jika debu itu debu biasa, tetapi debu di rumah ini ada racunnya.
Racun yang perlahan menghilangkan kewarasan untuk terus hidup,
Karnanya hatiku sudah lama mati.
Namun setidaknya aku masih punya logika,
Logika yang membuat aku berpikir
Lebih baik rumah ini runtuh
Daripada penghuninya mati satu per satu.
Terkadang sesekali aku bertanya,
Apakah ada cara untuk memperbaikinya? Atau aku saja yang pergi?
Entahlah, lagi pula tak ada tempat lain.
Aku pun juga belum siap
Kepanasan, Kedinginan, apalagi kehujanan.