Suarakampus.com- Sejumlah mahasiswa lontarkan berbagai tanggapan setelah, mengikuti seleksi kompetensi akademik calon peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Imam Bonjol Padang. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Aula Mansur. Dt Rangkayo Basa.
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen Dakwah Razali Putra mengatakan, ketika melaksanakan seleksi ini lebih memfokuskan pada pembacaan Al-Qur’an, mungkin setiap penguji memiliki cara yang berbeda. “Kalau saya diuji membaca Al-Qur’an, menulis bahasa arab, ceramah, dan membaca doa,” katanya, Selasa (17/05).
Mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam Rahman Arifin mengapresiasi kegiatan yang ini, dengan adanya seleksi kompetensi akademik mahasiswa jauh lebih siap untuk terjun ke lapangan nantinya.
“Pada dasarnya tidak semua dosen yang mengetahui kemampuan mahasiswa sehingga, dengan adanya ini dapat membantu dalam pengelompokkan,” ucapnya.
Lanjutnya, kata dia agenda ini juga dapat membantu dalam mengevaluasi kompetensi dasar yang dimiliki oleh mahasiswa UIN. “Saya sempat di tes bacaan solat jenazah, baca Al-Qur’an, dan juga bacaan khotbah,” ujarnya.
Ia berharap, kegiatan dapat berjalan lancar ke depannya dan tidak ada lagi yang berdesak-desakan ketika akan memasuki ruang seleksi. “Akan lebih baik penyelenggaraan kegiatan ini dapat mengkondisikan urutan pelaksanaan tes agar tidak kacau,” pungkasnya.
Sementara itu, Mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam Riki Candra menuturkan bahwa, tes ini berlangsung efektif lantaran waktu yang disediakan cukup panjang mulai pukul 13.00-17.00 WIB. “Penguji dalam tes ini juga banyak tidak hanya satu atau dua dosen saja, jadi itu saya rasa sudah sangat efektif,” tuturnya kepada suarakampus.com.
Selain itu, Riki menyebutkan pelaksanaan tes yang berdesak-desakan ini membuat peserta yang mengikuti kegiatan ini menjadi tidak nyaman. “Semoga tahun depan tidak terjadi hal seperti ini lagi,” harapnya.
Kemudian, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Silvia Rahmi mengungkapkan, kegiatan ini tidak berjalan efektif sebab waktu tesnya hanya sedikit sedangkan, mahasiswa yang ikut banyak. “Sistem yang digunakan dalam tes juga tidak konsisten sehingga, tidak adanya keadilan,” ungkapnya.
“Kadang ada yang di tes baca Al-Qur’an, khotbah, baca doa, namun ada juga yang hanya di tanya-tanya saja,” tambahnya.
Silvia berharap, ke depannya mekanisme dalam tes seleksi ini dapat diperbaiki agar mahasiswa/i lebih nyaman untuk mengikuti tes. “Semoga ke depannya tidak seperti ini lagi, informasinya juga lebih jelas lagi dan disampaikan jauh-jauh hari agar tidak tergesa-gesa,” tegasnya. (ndn)
Wartawan: Rais Shiddiq (Mg), Kholilah Tri Julianda (Mg), Zulis Marni (Mg)