Malaikat Subuh

Ilustrasi (Sumber: Pixbay.com

Febrian Hidayat
(Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang)

Kala itu, matahari belum menampakan cahayanya. Dinginnya malam masih menyelimuti hamparan sebagian bumi. Kokokan ayam mulai menyahut satu sama lain. Sebagian orang beraktivitas melaksanakan ibadah wajibnya. Sebagian lagi ada yang telah bergegas mencari penghasilannya dan ada yang masih melanjutkan mimpi.

Bambang seorang pemuda yang baru saja menginjakan kakinya di bangku perkuliahan memilih untuk beribadah subuh. Dia seorang pemuda yang taat dalam menjalankan amalan-amalan perintah Tuhannya, Allah SWT. Dalam kesehariannya, ia lebih banyak beraktivitas di kampus dan menyibukkan diri dengan kegiatan masjid. Sifatnya yang dikenal baik oleh semua kalangan, baik tua ataupun muda menjadi daya tarik sendiri untuk Bambang.

Mengawali hari dengan ibadah subuh, setiap harinya Bambang bergegas menuju masjid. Kegiatan ini sudah menjadi rutinitasnya setiap hari. Tentunya, hal tersebut tak luput oleh peran kedua orang tuanya. Bagaimanapun kondisi hari, kantuk dilawan dan udara yang dingin langkahnya selalu pasti menuju masjid. Tak pernah surut semangat pemuda ini menuju masjid meskipun tidak ada teman sebayanya di sana.

Jam menunjukkan pukul 04:30, Bambang menuju masjid seperti biasa dengan pakaian yang serba wangi, rapi dan tidak lupa memakai kopiah. Ia dengan semangatnya berjalan menuju depan pintu namun ketika pintu sudah dibuka, terdengarlah suara rintikan gerimis dari genteng. Suara itu membuat Bambang berhenti sejenak, apakah ia tetap melanjutkan langkahnya menuju masjid atau tetap di rumah.

Raut wajah bingung Bambang tak luput dari perhatian sosok gadis yang kerap setiap subuh menyempatkan waktunya sholat di Masjid. Gadis itu bernama Sholehah, salah seorang mahasiswi semester akhir yang sebentar lagi akan wisuda. Saat itu, kebetulan ia ke masjid membawa dua payung, dengan langkah beraninya ia berjalan menuju pemuda tersebut.

“Bang, pakailah payung ini. Mau ke mesjid kan?,” kata Sholehah ketika hendak meminjamkan payungnya kepada Bambang. Bambang terheran melihat sikap gadis ini. Ia tidak semudah itu untuk dirayu oleh seorang wanita, pikirnya.

“Tidak usah, mending duluan saja,” tolak Bambang sopan kepada Sholehah.

Mendengar penolakan Bambang, tanpa basa basi lagi Sholehah menyegerakan langkahnya menuju masjid karena suara adzan sudah berkumandang. Tak lama setelah itu, Bambang masuk ke dalam masjid dalam keadaan yang sedikit basah.

Saat itu, memang musim hujan melanda setiap sudut kota. Hujan terkadang turun tidak menentu, baik siang atau malam, bisa sepanjang waktu. Derasnya hujan setiap harinya yang hampir turun sepanjang waktu mengakibatkan susahnya beraktivitas di luar rumah. Kondisi seperti inilah yang membuat Sholehah khawatir terhadap Bambang, laki-laki subuh yang selalu ia lihat akhir-akhir ini.

Keteguhan hati Bambang setiap hari dalam melaksanakan ibadah subuh, hal inilah yang membuat hati gadis seperti Sholehah bergetar dan kagum. Sangat jarang menemui pemuda yang keteguhan hatinya dalam beribadah sangat tinggi. Dari sini Sholehah mulai memperhatikan seorang pemuda dikenal orang bernama Bambang.

Seperti biasa pagi ini Bambang kehujanan lagi ketika hendak pergi menuju masjid. Sedangkan Sholehah seperti biasa menghampiri Bambang untuk memakaikan payung walaupun satu berdua. Dikarenakan sekarang musim hujan, maka hampir setiap subuhnya Bambang kehujanan terus.

“Sini, pakai payung aja. Dari pada kebasahan,dingin loh nanti,” ujar Sholehah menawarkan payung kepada Bambang.

Hati Bambang semakin lama semakin banyak pikiran mengenai sesosok gadis itu. Mengapa ada gadis yang mau menawarkan payung di hari hujan seperti ini padahal belum kenal sama sekali. Ia merasa rugi karena selalu menolak penawaran dari gadis itu. Dengan derap langkah yang pelan Bambang bergabung untuk satu payung dengan Sholehah.


Musim hujan terus mengguyuri sebagian belahan bumi tiap harinya hingga tibalah di musim panas. Tepat di bulan ini Sholehah melaksanakan wisuda dan ini juga menandakan berakhirnya waktu Sholehah di kota itu. Hal itu membuat pikirannya melayang pada seorang pemuda subuh itu, ia harus pulang kampung dan pindah dari kosan yang dekat dengan Bambang karena waktu belajarnya di sana telah usai.

Hari ini adalah waktu subuh terakhirnya di kota ini, Sholehah akan berpamitan kepada Bambang. Ia merasa kagum dengan keteguhan Bambang, belum pernah ia menemukan laki-laki yang subuhnya selalu di masjid.

“Bang, esok aku akan di wisuda dan akan pergi jauh. Tetap istiqamah ya, semoga Allah selalu memberkahi kita,” ucapnya sebelum berpisah melangkah masuk masjid.

Sedikit terpukul, gadis itu pergi setelah musim hujan ini. Bambang merasa bersalah dan merasa rugi. Ia perempuan baik, rajin subuh di masjid, suka tolong menolong, dan berpendidikan. Ia merasa selama musim hujan ini, selalu ada malaikat yang meneduhkan. Tepat setelah musim hujan, malaikat subuh akhirnya berpamitan setelah menemani di musim hujan.

“Terimakasih Ya Allah, telah mengenalkan sosok gadis itu di subuh hari,” doanya di dalam sujud.

Bungo, 25 Januari 2023

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

UIN IB Bakal Gelar Pelantikan Ormawa Serentak, Begini Tanggapan Beberapa Ketua UKM

Next Post

Penantian

Related Posts
Total
0
Share