Suarakampus.com- Platform media disabilitas kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat, sehingga kontribusi dari kaum difabilitas tidak terekspos ke ranah publik. Melalui masalah tersebut, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ekspresi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) gelar diskusi Festival Inklusi tentang Media Inklusi bagi para Disabilitas via aplikasi Zoom Meeting, Kamis (27/05).
Selaku pemateri, Redaktur Pelaksana Solider Ajiwan Arief Hendradi mengatakan, bahwa Solider adalah sebuah media alternatif yang membahas tentang isu-isu advokasi difabel yang terjadi di Indonesia. “Sebagai media alternatif, Solider berperan dalam platform advokasi dan ekspresi pergerakan difabel,” katanya.
Lanjutnya, difabel sebagai minoritas tidak pernah hadir di media utama, kalaupun ada porsinya sedikit sehingga sifatnya lebih momentum dan tidak menggambarkan realitas. “Solider melalui Sigab Indonesia mencoba mendobrak stigma masyarakat yang miris akan para difabilitas dengan pelatihan jurnalistik inklusif,” jelasnya.
Ajiwan berharap agar media bisa menyalurkan aspirasi dan perhatian publik kepada kaum disabilitas sehingga para penyandang difabel bisa mendapatkan tempat yang khusus bagi masyarakat.
“Saat ini difabel menjadi kelompok minoritas yang di pandang sebelah mata, diharapkan media ini dpaat mengubah stigma negatif masyarakat dan mengantisipasi diskriminasi disabilitas,” ungkapnya.
Kemudian, Founder Difapedia Mukhanif Yasin Yusup mengungkapkan, bahwa kaum disabilitas ingin mendapatkan rasa keadilan dalam konteks kesetaraan manusia, kebebasan berpendapat serta pengakuan di tengah masyarakat. “Kehadiran kaum disabilitas saat ini hanya sebagai tempat untuk mencari rasa iba dan simpati dari masyarakat, akan tetapi kontribusinya dalam dinamika masyarakat kurang mendapatkan perhatian lebih,” terangnya.
Lanjutnya, media disabilitas saat ini kurang eksis dan tidak menjadi tontonan menarik dalam kebutuhan banyak orang. Hal itu karena arah haluan media saat ini berfokus pada kreatifitas dan kesukaan masyarakat terhadap konten yang dibuat.
“Pasar media saat ini lebih cendrung menyajikan apa yang menjadi kesenangan bagi masyarakat, bukan edukasi inklusif sehingga kaum difabel pada persaingan konten kreatifitas kerap kali terkalahkan oleh konten media lainnya,” tuturnya.
Yusup pada akhir pembicaraannya mengatakan, kaum disabilitas saat ini harus bisa mengampanyekan suaranya dalam platform media massa lainnya serta pemerintah dapat memberikan semacam persatuan solidaritas antara penyandang difabilitas dengan orang normal lainnya. “Kaum disabilitas harus bisa mendobrak konstruktif pranata sosial yang terjadi di tengah-tengah dinamika masyarakat sehingga kesetaraan insan sejati bisa terwujud dan terkendali,” tutupnya. (gfr)
Wartawan: Hary Elta Pratama (Mg), Mailingsia Putri Ana (Mg)
Baca Juga: Walhi Sumbar: Tragedi Wisata Danau Kandi Sawahlunto Dipicu Tidak Adanya Reklamasi