Mengetahui Makna Cinta dengan Buku What’s so Wrong About Your Life

Potret buku What’s so Wrong About Your Life karya Ardhi Mohamad (sumber: Mifa/ suarakampus.com)

Judul buku : What’s so Wrong About Your Life
Penulis : Ardhi Mohamad
Penerbit : Bhumi Anoma
Cetakan : I Desember 2019
Halaman : 180 halaman
Tebal buku : 13×19 cm
Tempat Terbit : Jakarta
ISBN : 978-623-7211-42-6
Resinsiator : Mifa Nurhaliza ( Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang )

“Kita pikir, Cinta adalah jawaban dari insecurity kita. Kita pikir, Kita spesial bagi seseorang. Kita pikir, Melupakan masa lalu adalah pilihan yang tepat. Dan, kita pikir-kita pikir lainnya. Walau semua pemikiran itu sering berakhir kekecewaan yang sama, kita tetap tidak belajar dan akhirnya mengulangi kesalahan yang itu-itu lagi. Inilah alasan penulis menulis buku ini supaya kita bisa sadar apa saja yang salah dalam hidup kita, mengakuinya, memperbaikinya, dan menjalani hidup lebih baik”.

Ini keren. Buku What’s so Wrong About Your life karya Ardhi Mohamad ini merupakan buku best seller yang sangat related dengan apa-apa yang memang dihadapi oleh kita bahkan remaja yang beranjak dewasa dipenuhi pikiran yang perlu tuntunan sangat perlu membaca buku ini. Semua kekaguman yang kita dapati harus dihadapi dengan lebih baik dan kritis lagi dalam berpikir tentang hal-hal yang kita anggap adalah jawaban, padahal tidak semua hal tersebut adalah jawaban yang tepat.
Buku ini terdiri 13 bab yang masing-masing punya daya tarik tersendiri bagi pembaca.

Seperti saya suka semua bab dalam buku ini, sampai saya tidak hentinya menyebutkan ini keren, ini related banget, ini saya banget. Cuman ada beberapa bab yang paling menarik sekali diksinya.

Bab Pertama You think Love is the Answer. ” Kita merasa hidup adalah serangkaian kejadian yang menyakitkan. Akhirnya, kita memilih untuk mengurangi rasa sakit itu dengan mencari Cinta. Dan, di sinilah letak kesalahannya” ( awal pembuka bab 1 halaman 8).

Nah seperti kata-kata tersebut kita menganggap cinta adalah obatnya yang akan mendatangkan kebahagiaan dan mengurai kesedihan setiap saat hingga melupakan konsekuensi dari cinta tersebut. Bukan berarti dalam bab ini menghasut kita untuk hidup tanpa cinta. Justru kita tahu cinta adalah fitrah manusia, dan itu hal yang wajar dimiliki semua orang. Bahkan cinta itu anugerah terindah dari Allah. Cuma balik lagi, ketika kita berlaku berlebihan dan melewati batas inilah yang akan berakhir buruk. Bukannya malah menguatkan, cinta yang berlebihan malah melemahkan kamu. Jadi, bukan perasaannya yang salah, tapi kita. Pada bab ini dijelaskan ketika kita terlalu mengejar cinta manusia, terlalu mengharapkan cinta manusia. Bahkan tidak bisa hidup tanpa dia, jelas akhirnya selalu sama: hurt, lost, and still trying to find the answer.

Jadi, kita memang butuh cinta dan itu fitrah manusia, tapi disini kita butuh batasan dan aturan dengan kadar yang tepat. “Namun batasan bukan sembarang batasan, aturan tidak sembarang aturan. Alasan haruslah yang berdasar” ( bab 1 halaman 22 )

Jika kita membuat aturan sesuai keinginan kita maka akan banyak hal yang dilanggar dan kemungkinan akan ada terjadi perbedaan antar kedua belah pihak. Makanya kita harus punya standar baku yang jelas , dan seharusnya nya kita lebih percaya kepada standar baku yang telah diciptakan oleh Tuhan yang menciptakan kita. Apa itu? Kalau kita ingin mencintai seseorang dengan tepat, maka mencintainya karena Allah. Lalu dengan begini, kita tidak akan berlebihan. Dengan kita mencintai Allah, kita tidak akan hancur ketika kehilangan cinta di dunia ini, karena kita masih punya cinta yang lebih besar. Pada bab ini mengajak pembaca untuk mencintai karena Allah dan tidak berlebihan dalam cinta.

Bab kedelapan dari buku ini You Think, you have to be an extrovert. ” Introvert atau extrovert bukan penentu keberhasilan seseorang. Introvert atau extrovert bukan penentu kepribadian yang baik dan menarik. Introvert atau extrovert bukan penentu kebahagiaan ” ( Awal pembuka bab 8 halaman 108 )

Kepribadian introvert beberapa mungkin sudah sering dibilang sombong, tidak seru, antisosial, pendiam dan tidak bisa bergaul, sehingga membuat orang-orang dengan kepribadian ini merasa kadang kenapa terlahir seperti ini? Pada akhirnya ada yang ingin mencoba menjadi orang lain dengan kepribadian orang lain juga. Dan di sinilah letak kesalahannya, seharusnya kita memahami perbedaan karakter atau kepribadian adalah hal yang pada hakikatnya diciptakan untuk saling melengkapi. Semakin ke sini kita semakin sadar, bahwa mereka hanya belum paham saja. Dunia butuh orang seperti kamu, tenang dan mendengar. “Introvert itu pay attention ( fokus tidak cepat bosan), observant ( mengobservasi sekitar ) , Imajinatif , well prepare ( memperhitungkan segala kemungkinan), pemikir panjang ( sangat hati-hati ), sensitif ( a really good friend ) ” ( bab 8 halaman 119)

Jadi hikmahnya di sini baik introvert atau extrovert bukan penentu segalanya baik itu kesuksesan, kebahagiaan dan lainnya. Kepribadian itu spektrum, introvert dan extrovert bisa memiliki kepribadian yang sama. Bagi introvert jangan merasa minder dan tidak usah berusaha menjadi extrovert. Bagi extrovert jangan ragu untuk berteman dan mendekat.

Bab tiga belas You think, You love Yourself. “Mencintai diri sendiri, membela diri, berbangga diri walaupun menabrak moralitas yang ada . Kalau kayak gitu , apanya yang self love ? “. (Awal pembuka bab 13 ).

Bab penutup ini sangat berkesan karena mengkritik perilaku manusia yang berkedok self love yang kebanyakan manusia lakukan. Kita sering melakukan hal-hal yang menyenangkan dengan dalih mencintai diri sendiri, tanpa menghiraukan norma dan moral yang semestinya. Banyak dari kita yang salah mengartikan kata self love itu sendiri. Seperti ” saya menghamburkan uang (padahal boros), karena saya mencintai diri saya (padahal tidak bisa kontrol diri), saya melakukan ini (padahal tindakan itu menimbulkan dosa), berbangga diri (walaupun menabrak moralitas yang ada)” ( Bab 13 halaman 170)

Dengan berdalih self love kita memaksa orang lain untuk mengikuti maunya kita dan pada akhirnya menyakiti orang lain. Seharusnya kita tahu batas dan bentuk self love itu sendiri, mana self love yang memang baik sebagai kebutuhan manusia, mana yang sifatnya cacat moral. Setidaknya kita tahu akhir dari hal yang kita lakukan ini baik atau buruk. Ardi Mohamad mengatakan ” ketika kita mencintai sesuatu, maka kita akan menjaganya. Kalau kita benar-benar cinta dengan diri ini, maka kita akan menjaganya, menjaga dari ujung yang benar-benar buruk. Karena pada dasarnya penilaian adanya diakhir”.

Jadi self love ini tidak bisa dijadikan dalih. Bukan bentuk self love yang tepat jika pada akhirnya merugikan diri. Untuk itu kita butuh ilmu, butuh ilmu untuk mengetahui hasil akhir yang benar-benar baik itu seperti apa. Mencintai diri yang benar bukanlah sekedar memvalidasi dan membenarkan apa-apa yang kita lakukan. Contoh saja, kita menyontek ketika ulangan supaya nilai bagus dengan dalih self love. Nah ini self love yang tidak tepat, seharusnya kita belajar sebagai bentuk self love. Bukan sekadar membela diri sendiri, tapi juga menjaga dari akhir buruk yang merugikan diri .

Tentunya setiap karya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing bagi pembaca. Mengenai kekurangan buku ini, ada beberapa kata berbahasa inggris bahkan daftar isinya juga bahasa inggris, jadi bagi yang tidak tahu bahasa inggris akan sedikit bingung. Tapi tetap tidak mengurangi kerennya buku ini, tetap mudah dipahami makna dari setiap diksi yang di tulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Pro Kontra Marketplace: Guru Bukan Barang Dagangan

Next Post

Wali Kota Padang dan PUPR Tinjau Langsung Proses Perbaikan Jalan Bandes

Related Posts