Menyikapi Cuaca Ekstrem, Klaus Damanik: Masyarakat Harus Hambat Laju Perubahan Iklim

Suasana saat Klaus Damanik menyampaikan materi soal perubahan iklim dan cuaca ekstrim (Foto: Rolla/suarakampus.com)

Suarakampus.com- Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bengkulu adakan Webinar soal perubahan iklim dan pemanasan global serta dampaknya pada kehidupan, yang digelar secara virtual lewat zoom meeting, Senin (30/05). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik pada perubahan iklim sehingga diharapkan dapat menghambat laju perubahan iklim.

Kepala BMKG Bengkulu, Klaus Damanik menyampaikan komponen atau faktor dari perubahan iklim dan pemanasan global. Menurutnya, perubahan iklim disebabkan oleh dua faktor utama, yakni faktor eksternal dan faktor manusia.

“Iklim berubah secara terus menerus karena komponen dan faktor eksternal seperti erupsi, sinar matahari dan faktor kegiatan manusia seperti alih fungsi lahan dan penggunaan bahan bakar fosil,” jelasnya.

Klaus Damanik memaparkan beberapa dampak dari perubahan iklim baik secara fisik maupun non fisik. Ia menyebut, perubahan iklim tersebut akan bertambah setiap tahunnya. “Perubahan iklim akan berdampak secara fisik  seperti kebaran hutan, kekeringan, peningkatan, tornado dan banjir sedangkan non fisik berdampak pada ekonomi sumber energi, infrastruktur, wabah seperti malaria hingga DBD,” paparnya.

Selain itu, Klaus Damanik juga menerangkan pemanasan global yang merupakan siklus penyinaran radiasi matahari yang dilancarkan ke bumi dan di pantulkan lagi ke atmosfer.

“Pemanasan global itu siklus dari penyinaran kemudian radiasi matahari yang di pancarkan ke bumi sebagiannya diserap, sebagian lagi dipantulkan lagi ke atmosfer,” terangnya.

Ia menjelaskan, ada beberapa komponen yang dapat menghambat pantulan radiasi matahari ke atmosfer sehingga tertahan dan akan kembali berputar ke bumi.

“Sehingga panas yang seharusnya di pantulkan ke atmosfer, berputar disekitar kita, akibatnya panas tidak keluar, begitulah gambaran efek rumah kaca yang merusak lapisan atmosfer,” ujarnya saat menyampaikan materi di ruang zoom.

Klaus Damanik mengungkapkan tahun 2007 Asia dan Amerika Utara dikatakan sebagai pemanasan terkuat dengan peningkatan suhu sebesar 0,75 laporan dari kajian IPCC. “Dari Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) tahun 2007 disebutkan pemanasan terkuat terjadi di Asia dan Amerika Utara,” ucapnya.

Lanjutnya, Klaus Damanik juga menjelaskan perubahan iklim seperti kenaikan volume air laut juga akan berdampak pada lahan, hasil produksi, serta kekeringan. “Dari perubahan itu, akibatnya awal musim mundur hingga 30 hari yang berdampak pada penurunan produksi padi 5-11% dari produksi normal serta kekeringan pada lahan sawit 200-300 mm,” tambahnya.

Kemudian, Klaus Damanik mengatakan perubahan iklim dan cuaca ekstrim sangat menyulitkan dalam memprediksi keadaan setiap hari. Ia menilai, informasi yang banyak tersiar adalah soal bencana alam akibat stabilitas cuaca dan iklim.

“Peningkatan dari kuantitas cuaca ekstrim harian membuat informasi soal cuaca ekstrim tersebar luas,  seperti banjir, longsor serta angin kencang. Cuaca atau iklim di daerah kita perubahannya sangat tinggi,” tutupnya. (hry)

Wartawan: Rolla Purnama Sari (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Menyendu: Pedih Pada Tatapan Itu

Next Post

Pembagian Ijazah Wisudawan, WR I: Tanggal 2 Juni Sudah Bisa Diserahkan

Related Posts
Total
0
Share