Suarakampus.com- Rendahnya kualitas pengasuhan anak oleh orang tua Indonesia, ahli parenting Mutiatreza ungkap bagaimana cara membangun komunikasi efektif dalam mengasuh anak. Hal tersebut disampaikan saat diskusi bersama Parenting Enthusiast, Quranic family class, dan Cinta Quran Learning via zoom meeting jumat (26/01).
Mutia menjelaskan hal yang mempengaruhi kecepatan berpikir anak ialah respon orang tua terutama ibu. “Sel- sel yang tumbuh, yang tersambung setiap detiknya mempengaruhi anak bergerak, berkomunikasi, berpikir secara kompleks,” jelasnya.
Ia memaparkan dalam otak itu ada area berbeda yang bertanggung jawab atas kemampuan yang berbeda. “Gerak, bahasa, dan emosi, berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Jadi jagalah usia golden age anak,” ucapnya.
Ia berkata bahwa sebagai orang tua harus sadar dengan rentang usia berkomunikasi dengan anak sehingga tahu cara menyikapinya. “Tidak mungkin berbicara dengan anak 3 tahun tapi, pakai bahasa anak SMA, anak tidak akan mengerti,” sambungnya.
Lanjutnya, ia menerangkan bahwa anak usia tiga sampai empat tahun otak nya baru berkembang 80%, artinya otak anak belum berkembang 100% seperti otak orang dewasa. “Anak mungkin mengerti dia sedang dilarang, tetapi otak anak belum bisa memproses resiko,” pungkasnya.
Kata dia, cara menasehati anak ketika nakal tidak boleh dimarahi karena itu bagian dari perkembangan dan bagian dari rasa ingin tahu anak. “Tidak ada hasil yang baik, dari memarahi anak pada masa berkembang. awalnya anak tidak mengerti di sounding akan tetapi, lama kelamaan akan paham dan mengerti,” tuturnya.
Ia juga melarang untuk memarahi anak apalagi memukul karena nantinya akan melukai hati anak itu sendiri. “Dalam islam telah diatur bagaimana parenting yang baik kepada anak dengan metode tujuh kali tiga seperti yang diterapkan oleh Ali bin Abi Thalib.” Lanjutnya.
Ia menguraikan rumus pertama ialah cara mendidik anak usia nol sampai tujuh tahun yaitu dengan memperlakukan anak sebagai raja. “Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Nabi Muhammad SAW bersabda : muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama,”ungkapnya.
Lanjutnya, rumus kedua ialah cara mendidik anak usia delapan hingga empat belas tahun yaitu dengan memberi perlakuan sebagai tawanan. “Anak mesti dijadikan tawanan oleh orang tuanya, sebab di rentang usia ini adalah saat yang tepat bagi anak mengetahui serta menyadari hak dan kewajibannya,” imbuhnya.
Kemudian, rumus terakhir ialah cara mendidik anak usia 15 sampai 21 tahun yakni memperlakukan anak sebagai sahabat. “Pada rentang usia ini, anak sudah berada akil baligh, sehingga memberikan keteladanan kepada anak akan lebih baik daripada menggurui secara sepihak,” tutupnya. (red)
Wartawan : Ramadhani (Mg)