Pembinaan Soft Skill Penerima KIPK 2025 Bahas Moderasi dan Pinjaman Online

Banner Pembinaan soft skills KIPK (Sumber: Faiza/suarakampus.com)

Suarakampus.com– UIN Imam Bonjol Padang mengadakan pembinaan soft skill bagi mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) 2025, Kamis (20/2). Acara ini diikuti oleh 902 mahasiswa, sementara 448 mahasiswa lainnya tidak menghadiri kegiatan tersebut. Kamis (20/02).

Kegiatan ini menghadirkan Dewi Fitriana, Psikolog, yang membahas moderasi dalam keberagaman, serta Winbaktianur, yang membawakan materi tentang bahaya pinjaman online.

Dewi Fitriana menjelaskan, keberagaman merupakan anugerah yang harus disyukuri. “Setiap individu memiliki latar belakang berbeda, baik suku, agama, ras, maupun budaya,” ujarnya.

Ia menambahkan, sikap moderasi dalam beragama berarti tidak bersikap ekstrem. “Seseorang harus menjalankan ajaran agama dengan seimbang dan tidak berlebihan,” katanya.

Menurutnya, moderasi beragama dapat menciptakan harmoni dalam kehidupan sosial. “Perbedaan harus menjadi kekuatan, bukan pemicu konflik,” tambahnya.

Dewi juga menekankan pentingnya toleransi dalam kehidupan kampus. “Mahasiswa harus bisa hidup berdampingan dengan menghargai perbedaan,” jelasnya.

Ia menuturkan, moderasi bukan berarti mengabaikan prinsip agama. “Prinsip tetap dijaga, tetapi tanpa menyinggung keyakinan orang lain,” ungkapnya.

Menurutnya, pendidikan memiliki peran besar dalam menanamkan nilai moderasi. “Mahasiswa harus berpikir terbuka dan tidak mudah terprovokasi,” tuturnya.

Pemateri kedua, Winbaktianur, membahas bahaya pinjaman online yang semakin marak di kalangan mahasiswa. “Banyak mahasiswa terjebak karena kurang memahami risiko pinjaman daring,” katanya.

Ia menyebutkan, platform pinjaman online sering meminta data pribadi pengguna. “Jika tidak berhati-hati, data ini bisa disalahgunakan pihak yang tidak bertanggung jawab,” jelasnya.

Winbaktianur menegaskan, bunga pinjaman daring bisa berlipat ganda jika tidak dibayar tepat waktu. “Inilah yang membuat banyak orang terjerat utang yang sulit dilunasi,” ungkapnya.

Menurutnya, literasi finansial sangat penting agar mahasiswa tidak mudah tergiur pinjaman cepat. “Pahami konsekuensi sebelum memutuskan untuk berutang,” tuturnya.

Ia mengimbau mahasiswa untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan. “Hindari gaya hidup konsumtif agar tidak terpaksa berutang,” pesannya.

Selain itu, ia menekankan pentingnya mencari solusi alternatif jika membutuhkan dana. “Beasiswa dan kerja paruh waktu bisa menjadi pilihan,” pungkasnya. (ver)

Wartawan: Faiza Septiani Putri (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Bukan Aku yang Kuat Tapi Doa Ibuku yang Hebat

Next Post

Persiapan Pelantikan Ormawa FDIK 2025: Optimalkan Detail Akhir

Related Posts
Total
0
Share