Oleh: Muhammad Adam (Mahasiswa Prodi Manajemen Bisnis Syariah,UIN IB Padang )
Di sebuah desa kecil jauh dari kota , tinggal lah seorang gadis dengan segudang impian, ia adalah Lara , gadis cantik yang lugu ini lahir dari seorang ibu hebat yang berprofesi sebagai penjahit baju. Ayahnya sudah lama meninggal ketika Lara kelas 2 sd, Lara hidup berdua dengan ibunya di sebuah rumah di ujung desa.
Lara adalah anak yang rajin dan berprestasi di sekolah, di lingkungan masyarakat ia dikenal sebagai anak yang baik hati, sejak kecil lara di ajarkan untuk selalu taat terhadap agama oleh ibunya, setelah ayahnya meninggal ibunya menjadi sosok ayah bagi diri nya.
Saat ini, Lara telah menduduki kelas 3 SMA. Dimana ia sudah harus memikirkan masa depan nya, Lara selalu bermimpi bisa kuliah dan mencapai cita-citanya. Sang ibu selalu mendukung apa yang Lara inginkan.
Sekarang, adalah hari yang sangat Lara nantikan, pengumuman siswa eligible. Alhamdulillah nama Lara ada dalam pengumuman tersebut, ia sangat bersyukur, dengan begitu, Lara bisa mengejar mimpi nya untuk berkuliah.
Semenjak masuk SMA, Lara sudah memikirkan jalan yang harus di ambil. Dia berusaha agar nilainya bisa dapat masuk dalam siswa eligible. selain itu, ia juga aktif di berbagai organisasi sekolah.
Lulus menjadi siswi eligible, membuatnya tak perlu mengikuti tes yang mengeluarkan biaya. Ibu Lara sangat bahagia atas pencapaian lara, ia berjanji akan mengantarkan lara menempuh dunia perkuliahan dan mencapai cita-citanya.
Lara sangat bersemangat untuk mengikuti prosedur sebagai siswa eligible, mulai dari membuat akun, serta menyiapkan berkas dan menguploadnya. Wajah bahagia Lara menjadi penyemangat bagi ibunya dalam mencari uang, guna memenuhi kebutuhan kuliah nantinya. Melihat Lara yang bahagia, ibu nya juga bertambah semangat mencari uang.
Sudah seminggu lebih ibu Lara bekerja sebagai buruh tani di sawah tetangga, karena penghasilan sebagai penjahit baju tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Ibunya juga menjual hasil kebun ke pasar untuk sampingan, jika jahitannya sepi. Berbagai pekerjaan yang di lakukan untuk memenuhi kebutuhan di rumah, apalagi Lara kuliah, pasti membutuhkan biaya yang banyak, mengingat kehidupan di kota berbeda dengan di desa.
Lara harus bisa hidup mandiri tanpa ibu, jika ia lulus, ia harus meninggalkan kan ibunya. Hal ini membuatnya sedih, karena ibunya yang sudah mulai tua. Lara selalu menguatkan dirinya agar kelak dapat membahagiakan sang ibu, ia harus bisa menjadi sarjana demi masa depan yang cerah, sehingga usaha ibunya tidak sia-sia.
Untungnya masyarakat sekitar sangat menyayanginya, guru BK yang bertugas sebagai pembimbing, sangat paham akan kondisi Lara. Ia juga akan membantu lara untuk mendapatkan beasiswa di universitas tempat lara mendaftar.
Lara sangat bersyukur di kelilingi dengan orang-orang yang baik, mereka sangat kagum kepada lara, gadis ceria yang bersemangat dalam meraih mimpinya walau segi ekonomi tidak mendukung.
Lara sangat rajin berpuasa sunah, almarhum kakeknya berkata, puasa itu banyak membawa berkah. Kakeknya juga bercerita, tentang seorang penuntut ilmu yang berpuasa sunah niscaya allah permudah jalannya dalam segala hal. Lara ingin membuktikan kisah itu, ia ingin menjadi pengusaha, dan membuat butik untuk ibunya. Cerita sang kakek menjadi inspirasi untuknya dalam meraih mimpi yang diberkahi Allah, hal ini juga tidak terlepas dari doa sang ibu.
Hari ini pengumuman SNBP, Lara berharap ia bisa lulus. Ibunya dari semalam tidak bisa tidur memikirkan hasil tersebut, tengah malam ia bersujud kepada ilahi, meminta agar putrinya lulus, alhamdulillah lantunan doa sang ibu dikabulkan. Lara lulus di salah satu Universitas dengan Beasiswa.
sungguh seperti mimpi, ibu lara sangat bahagia dan bangga dengan pencapaian anaknya. “Jangan pernah puas ya nak, selalu berterima kasi kepada gusti allah atas apa yang ia berikan ” ucap ibu sambil memeluknya.
Hari ini, Lara harus berangkat ke kota tempat ia kuliah, sesekali rasa cemas menghampirinya, takut jika sang ibu lupa untuk makan, ditengah kesibukanya mencari pundi-pundi rupiah. Selama ini, Lara selalu menjadi alarm pengingat untuk ibunya.
Setelah resmi menjadi mahasiswi, Lara menyibukan diri untuk aktif di berbagai organisasi, dan kegiatan akademik lainya. Kegiatan puasa sunah juga tak lalai ia lakukan, sering kali temennya mengajak untuk makan di kantin, tapi ia selalu menolak. ” iya duluan saja, lain kali aku nyusul.”
Meski berpuasa, tak meredamkan semangatnya dalam menyelasaikan tugas kuliah, bahkan ia juga menyibukan diri dengan menerima tawaran menjadi MC di kegiatan kampus. Pernah suatu hari, setelah kegiatan selesai, seluruh anggota organisasi berkumpul untuk beristirahat dan makan siang, tapi Lara sedang berpuasa, ia meminta izin untuk pergi.
Namun, salah satu temen nya bertanya. “Lara kamu kok ga makan siang bareng kita, ayok makan, pasti kamu laper dan haus, kan kamu dari tadi ngomong mulu,” ujar temen nya.
“Iya Lara kamu jarang loh aku perhatiin ngumpul makan bareng kami, di ajak ke kantin juga ga pernah mau,” imbuh temen di sebelah nya.
“Maaf sebelum nya temen-temen, tapi aku sedang puasa, bukan ga mau makan bareng kalian,” jawab Lara.
“Kamu kok sering puasa, sekarang kamu pucat, lebih baik puasanya dibatalkan,” ujar temen nya lagi.
“Gapapa teman-teman, kalian makan aja ya. Aku ke mushola dulu buat sholat,” lalu Lara pergi meninggalkan mereka.
“Lara itu sering puasa, kadang aku kasian. Aku pikir dia tidak punya uang untuk jajan, tapi kan dia anak beasiswa, gak mungkin gak punya uang,” ujar temen nya.
“Lara memang seperti itu, katanya ia tidak terbiasa jajan dari SMA, ia jarang makan di kantin. Kalau gak puasa, lara kadang bawa bekal kbiar lebih hemat katanya, uang beasiswa ia gunakan untuk kepentingan kuliahnya dan menabung untuk ibunya di kampung,” kata Fika temen satu kost Lara.
“Kak lara itu hebat sih menurut aku, dia bukan tipe anak beasiswa yang menghamburkan uang beasiswa untuk kepentingan pribadi nya,” imbuh adik tingkat nya.
“Iya dia memang hebat, aku kagum sama dia. Kadang aku iri sama dia, disaat sibuk nya dia dia menyempatkan waktu untuk sholat tahajud dan puasa sunah, dia juga sangat hemat, ia tidak ingin menyusahkan ibu nya, karena ia cuman punya ibu di kampung. Kadang aku sering nanya ke dia kok kamu puasa sunah terus sih, kamu kan punya uang buat beli makan. Terus dia jawab, aku puasa bukan ga ada uang, tapi aku ngerasa ketika aku puasa aku lebih terjaga, aku ngerasa setiap langkah aku selalu di ridhoi Allah,” jelas Fika lagi.
Begitulah tanggapan mereka terhadap gadis baik itu. Sering kali, Lara merasa beban yang ia pikul sangat berat, apalagi ketika ia mendengar kabar ketika ibunya jatuh sakit, saat ia di tuntut harus menyelesaikan tugas penelitian secepatnya.
Lara tidak pernah mengeluh kepada ibunya dalam menjalani kuliah, karena ia berpikir ibunya lebih lelah darinya, mengeluh hanua akan menambah beban pikiran bagi ibunya. Ketika ada masalah, ia hanya bersujud kepada Allah di tengah malam, mengadu mencurahkan apa yang ia rasakan kepada Allah, hal itu bisa membuatnya lebih lega.
Hanya Allah yang mampu mendengarnya dan menolongnya, ia berserah diri kepada Allah, di depan ibunya, dia terlihat baik-baik saja, ibunya tidak pernah mengeluh bahkan ketika cobaan yang ibunya alami lebih banyak. Lara belajar dari ibunya, ia bertahan juga untuk ibunya.
Saat ini, Lara belum bisa pulang untuk menemui ibunya, ini adalah titik terberatnya karena sang ibu tengah terbaring lemah ketika menyusun laporan penelitian. Lara terus berdoa agar ia bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat agar bisa izin, menjenguk ibunya yang sakit.
Rasa khawatir kian hadir, untungnya Lara memiliki teman-teman yang baik, yang membantunya menyelesaikan laporan penelitian. Sehingga ia bisa segera menemui sang ibu.
Tangis tak dapat dibendung, ia berlari memeluk sang ibu, semua bebannya seakan hilang kala menatap wanita yang melahirkannya.
Hari berlalu, kondisi ibu Lara membaik, sekarang Lara kembali melanjutkan perjuangan di rantau orang. Sebelum itu, ia berpesan pada ibunya untuk menjaga kesehatan, ia tak ingin ibunya kembali sakit. Untuk itu, ia mulai membuka usaha dari uang beasiswanya, agar sang ibu tak perlu lagi bekerja.
Lara berjualan gorengan yang ia titipkan di warung sekitar dan kantin kampus, Lara juga meyakinkan dirinya bisa membagi waktu untuk urusan tugas kampus, organisasi dan pekerjaan nya. Berkat Usaha dan doa ibunya, Lara dapat menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu dan memperoleh nilai sesuai yang diharapkan.
Pesan moral : Di balik kesuksesan seorang anak, ada seorang ibu yang rela berkorban, membanting tulang siang dan malam demi kebahagiaan anaknya, tidak ada orang yang tulus menyayangimu kecuali ibumu. Di saat kamu bersenang-senang dengan temenmu, ibu mu menitihkan keringan demi dirimu, dan di saat dirimu tertidur lelap, ia bersujud dan berdoa, doa seorang ibu mengalir deras untuk anaknya dan doa ibu menembus langit yang jauh.