Perang Tarif Trump Ganggu Ekonomi Negara Berkembang

President AS, Donald Trump, memegang daftar negara yang akan dikenai tarif baru. Indonesia tampak dalam daftar tersebut (Sumber: reuters.com)

Suarakampus.com– Kebijakan perang tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dinilai mengancam stabilitas perdagangan global, melemahkan kepercayaan pasar, serta berdampak negatif pada negara berkembang termasuk Indonesia. Pandangan ini disampaikan oleh para dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Imam Bonjol Padang, Selasa (15/04).

Direktur Ekraf, UMKM, Lingkungan & Pembangunan Pariwisata Universitas Tamansiswa Padang, Yuni Candra menyatakan, bahwa tarif tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat bersifat proteksionis dan merugikan. “Perang tarif menurunkan kepercayaan pasar dan menghambat perdagangan bebas,” ujarnya.

Lanjutnya, kebijakan itu telah memicu retaliasi dari negara mitra dagang dan mengganggu rantai pasok global. Hal ini memperbesar ketidakpastian pasar dan membuat investor ragu untuk berkomitmen.

“Beberapa sektor seperti pertanian di Amerika Serikat pun ikut merugi, ini membuat negara mencari pasar baru dan membentuk blok dagang sendiri.”

Menurutnya, perang tarif berisiko melemahkan lembaga multilateral seperti World Trade Organization (WTO) dan menurunkan efisiensi ekonomi global. “Pertumbuhan global akan melambat, dan hubungan antarnegara jadi tegang,” tegasnya.

Candra juga menyoroti, dampak signifikan yang dirasakan negara berkembang akibat ketergantungan pada kestabilan ekspor dan arus investasi. “Indonesia juga terkena imbas karena penurunan permintaan ekspor dan iklim investasi yang tidak stabil,” ucapnya.

Direktur tersebut menjelaskan, bahwa sektor keuangan syariah tidak luput dari dampak ketidakpastian tersebut. “Penerbitan sukuk bisa menurun dan produk investasi syariah ikut terdampak,” katanya.

Meski demikian, ia memandang keuangan syariah sebagai alternatif yang berpotensi tumbuh karena berbasis aset nyata dan prinsip kehati-hatian. “Keuangan syariah berpotensi menjadi alternatif stabil saat krisis,” ujarnya.

Kemudian ia menekankan, pentingnya kerja sama antarnegara Islam untuk membangun daya tahan ekonomi. “Perlu dibentuk blok dagang intra-OKI agar lebih mandiri,” tekannya.

Pejabat Universitas Tamansiswa Padang itu menyarankan, agar diplomasi ekonomi dan sistem keuangan syariah dikembangkan sebagai respons terhadap proteksionisme. “Prinsip syariah bisa jadi kekuatan untuk merespons kebijakan diskriminatif,” tuturnya.

Sementara itu, Dosen Luar Biasa FEBI UIN IB, Rama, menyampaikan, bahwa kebijakan Trump memperburuk neraca perdagangan negara berkembang. “Harga barang ekspor kita naik, daya saing menurun, dan pertumbuhan ekonomi melemah,” ucapnya.

Akademisi ekonomi ini mengaitkan, pelemahan nilai tukar rupiah dengan gejolak akibat perang tarif yang memicu reaksi negatif dari investor global. “Investor menarik dana dan mengalihkannya ke sektor aman seperti emas,” jelasnya.

Akibatnya produsen produk halal Indonesia turut terkena dampak dari situasi tersebut, khususnya yang mengekspor ke Amerika Serikat. “Produk seperti makanan halal, fashion, dan kosmetik ikut terdampak karena harga jadi mahal,” tutupnya. (Red)

Wartawan: Zahra Mustika (Mg), Verlandi Putra

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Penjurian Top 15 Finalis Duta Kampus Representasi Slogan UIN

Next Post

Beasiswa Tahfidz IZI-UIN IB Fokus Cetak Muslimah Unggul

Related Posts
Total
0
Share
Checking your browser before accessing...