Suarakampus.com- Memperingati Hari Kebebasan Pers Dunia, Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) Indonesia mengadakan diskusi bertajuk Ekspedisi ke Pelosok Negeri, Ekspresi Kemerdekaan Pers. Kegiatan tersebut mendatangkan salah seorang Pegiat AJI Indonesia dan Watchdoc, Dhandy Dwi Laksono, Senin (03/05).
Dandhy menuturkan ekspedisi yang ia lakukan merupakan respon atas kejenuhannya di Watchdoc. “Perjalanan atau ekspedisi yang kami lakukan sebenarnya respon dari kejenuhan liputan dengan agenda setting serta berjunalisme di dunia industri,” katanya.
Lanjutnya, kejenuhan tersebut juga disebabkan oleh deadline pekerjaan yang sangat sakral dan suci. “Hal yang memicu jenuh di dunia industri itu topik, kami merasa tidak punya cukup ruang untuk mengeksplorasi kan sebuah topik,” tambahnya saat diskusi ngabuburit jurnalistik.
Ia juga mengatakan kepentingan politik media juga menyebabkan kejenuhan dalam berjunalisme. “Dengan logika industri seperti itu, berita harus bisa langsung dijual,” tuturnya.
Selain itu, Dandhy juga menerangkan latar belakang berdirinya Watchdoc berasal dari pemikiran anggota AJI. “Watchdoc ini dirintis oleh anggota AJI agar logika news fair you di dalam industri,” jelasnya.
Bukan hanya itu saja, liputan dan reporting mendalam yang tidak sebanding antara waktu investigasi dan penayangan berita juga menimbulkan kejenuhan. “Bayangkan saja liputan tersebut sudah capek-capek dikerjakan berbulan-bulan, namun ditayangkan jam satu dini hari,” jelas Dandhy.
Dandhy menyampaikan penayangan liputan investigasi pada dini hari tersebut karena akan kalah saing dengan program sinetron dan hiburan. “Hal tersebut terjadi karena orang-orang mengetahui news ini sebagai masalah, sementara mereka berpikir untuk apa mendengarkan masalah orang sedangkan saya punya masalah sendiri,” ucapnya.
Beranjak dari hal tersebut, AJI Kota Padang berpikir bahwa sudah saatnya membentuk media sendiri. “Sosial media adalah peluang di era sekarang, saatnya anggota AJI tidak buang-buang umur dengan terus berharap industri akan berubah,” paparnya.
Dandhy mengatakan dalam perjalanannya Watchdoc juga mengerjakan liputan-liputan dan pembuatan dokumenter untuk media. “Media juga meminta Watchdoc mengoreksi suatu topik yang mungkin tidak bisa dikerjakan media,” tukasnya.
Sambungnya, selama lima tahun pertama Watchdoc berpikir media memang strategis karena platformnya besar, di mana 70-80 persen orang masih menggantungkan informasi dari media massa terutama televisi. Oleh karena itu, kami berpikir televisi adalah jenis media yang akan menua seperti halnya radio.
“Bahkan koran di level sekarang sudah tua dan TV kami anggap media yang mulai menua, itu terbukti di generasi yang lahir tahun 90-an saya pikir hari ini banyak yang tidak menonton televisi walaupun menonton lewat streaming,” tutupnya. (rta)
Wartawan: Nada Asa (Mg)